08 Juli 2009

Silat Betawi Di Provinsi DKI Jakarta


Melacak aliran silat betawi merupakan sebuah pekerjaan yang tidak mudah karena sumber yang ada – yang sebagian besar telah wafat – lupa untuk mewariskan ajaran silat kepada generasi penerus.
Silat betawi mengajarkan teknik mengelak dan menyerang. Pertahanan merupakan bagian dari teknik mengelak sehingga unsur utama yang dipergunakan adalah teknik serangan. Alhasil, gerakan silat betawi sangat lincah dan bertenaga hasil paduan serasi antara gerakan kaki dan tangan.

Latar belakang dari kelincahan gerak silat betawi tak lepas dari pengaruh aliran silat daerah lain yang datang dari jawa barat (saat Banten belum memisahkan diri), Sumatera Barat, dan cina. Jawa Barat memberikan kontribusi aliran di antaranya suliwa dan cimande. Sumatera barat menyumbangkan aliran silat Sabandar – yang sempat ”mampir” dan berkembang di Cianjur. Cina yang telah membaur dengan masyarakat Betawi menyumbangkan jurus-jurus kungfu.

Masyarakat Betawi yang agamis tentu tidak menyukai tindakan yang melanggar nilai-nilai keagamaan (Islam). Oleh karena itu, nilai-nilai sosial budaya Betawi lekat dengan ajaran Islam. Pengaruh Islam kemudian membawa dampak pada sikap dan perilaku pesilat betawi untuk tetap merendah dan memilih sikap defensif daripada ofensif. Perilaku tersebut sangat diperhatikan tidak hanya bagi para pesilat tetapi juga masyarakat Betawi melalui falsafah ente jual ane beli.

Wilayah betawi yang telah menjadi ibukota negara RI menjadi penyebab masyarakat betawi merasa sedikit termarginalkan. Tetapi betawi tetaplah betawi, sebuah masyarakat yang bersifat terbuka pada para pendatang. Mereka kini lebih memilih pindah ke daerah pinggiran jakarta dan membaur dengan masyarakat sekitar. Perpecahan wilayah budaya dan akulturasi betawi di lokasi baru menjadi kesulitan tersendiri terhadap upaya menggali dan melestarikan aset budaya betawi termasuk silat tentunya. Silat betawi sebagaimana terurai pada Bab III di atas telah mengalami degradasi yang sangat memprihatinkan. Walaupun demikian, saat ini telah mulai ada upaya untuk membangkitkan kembali silat betawi melalui para keturunan pendekar silat betawi yang dibantu oleh berbagai pihak

Perjalanan pencak silat Betawi tidak lepas dari sejarah pencak silat Indonesia. Aliran silat Betawi setidaknya merupakan hasil pengaruh dari aliran silat daerah lain. Kolaborasi dan hasil yang diperoleh telah menjadi bagian dari aset budaya bangsa Indonesia.

Perhatian terhadap pencak silat jelas diperlihatkan oleh mantan Presiden Soekarno dan Soeharto. Presiden Soekarno saat menjabat pernah ingin menunjukkan kehebatan silat Indonesia. Beliau saat menjamu master Oyama tokoh karate dari Jepang meminta agar dihadapkan pada tokoh silat Indonesia. Hadir dihadapan master Oyama adalah Zakaria selaku jago silat betawi dari kwitang. Hasil yang diperoleh adalah decak kagum tokoh karate Jepang pada kehebatan silat yang diperagakan oleh Zakaria.

Presiden Soeharto dalam kapasitas sebagai pembina pencak silat Indonesia secara seksama juga telah memberikan perhatian penuh pada pencak silat di antaranya dengan menyediakan fasilitas padepokan pencak silat. Beliau juga memberikan 10 butir mutiara terhadap pelestarian pencak silat (termasuk silat betawi tentunya), yaitu:
1. Penggalian pencak silat sebagai salah satu akar budaya rumpun Melayu yang kaya dengan ragam dan corak serta sarat dengan nilai-nilai luhur, perlu dilaksanakan terus menerus.
2. Pelestarian Pencak Silat sebagai budaya tradisional agar tetap memelihara kemurnian ajaran para leluhur dalam membentuk watak serta pribadi mulia.
3. Pembinaan Pencak Silat dalam segala aspeknya agar tetap diarahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berbakti kepada orang tua, masyarakat dan bangsanya.
4. Pengembangan Pencak Silat agar tetap diarahkan kepada upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, kemampuan untuk mandiri serta pantang mundur dalam meraih prestasi.
5. Pemantapan Pencak Silat sebagai tanggung jawab bersama agar dilaksakan sedemikian rupa melalui berbagai upaya yang menartik peran berbagai pihak baik di kawasan sumber asal Pencak Silat maupun di mancanegara.
6. Peningkatan Pencak Silat agar diarahkan tidak saja kepada peningkatan teknik dan prestasi, tetapi juga peningkatan pengamalan keseluruhan nilai yang dikandung Pencak Silat yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
7. Penerapan Pencak Silat dengan kemajuan ilmu dan teknologi agar dilakukan terus menerus tanpa menggeser nilai-nilai hakiki Pencak Silat melalui berbagai upaya penelitian dan uji coba.
8. Perilaku Pencak Silat sebagai panutan, harus terus menerus dipelihara untuk mempertahankan harkat dan martabat Pencak Silat
9. Kerukunan dan persatuan Pencak Silat diantara unsur sumber Pencak Silat merupakan syarat mutlak untuk tetap berkibarnya panji-panji kebesaran Pencak Silat.
10. Penampilan Pencak Silat dalam pengembangannya di mancanegara haruslah dilaksanakan sebagaimana layaknya tugas dan tanggung jawab duta budaya.

Meskipun beliau (Soeharto) telah mengakhiri masa jabatan sebagai presiden tetapi setidaknya nasehat beliau dalam 10 butir mutiara di atas sangat bagus untuk diterapkan dalam upaya pelestarian sekaligus memberdayakan pencak silat (betawi) sebagai aset ketahanan fisik dan mental masyarakat betawi khususnya dan bangsa Indonesia umumnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Automotive | Bloggerized by Free Blogger Templates | Hot Deal