tag:blogger.com,1999:blog-10057473244445742552024-03-13T12:36:33.248+07:00Danu PS-----------------------------------------------------Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.comBlogger72125tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-78633980499849731712012-01-07T20:03:00.002+07:002012-01-07T20:03:47.187+07:00Mual pada saat Kehamilan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWBFkuxx4Elf80774dFrUiolcZOgk1psPrX2GSedGGXPJetfIJbaCh8SOLEm1DVprdg5by5P5xjRkSSCvu6PShE5Lxpb0RsTzA4sKlvJfmNIwONN-PgJZA9DXKNjx4tskFvbIt7U4qUkfL/s1600/hamil.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWBFkuxx4Elf80774dFrUiolcZOgk1psPrX2GSedGGXPJetfIJbaCh8SOLEm1DVprdg5by5P5xjRkSSCvu6PShE5Lxpb0RsTzA4sKlvJfmNIwONN-PgJZA9DXKNjx4tskFvbIt7U4qUkfL/s1600/hamil.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kehamilan merupakan sebuah siklus yang dialami oleh wanita. Saat kehamilan, gejala yang dapat dikatakan cukup mengganggu terkadang dialami di antaranya mual (<i>morning sickness</i>) pada saat hamil muda (1 sampai dengan 2 bulan). Menurut dunia kedokteran modern, penyebab mual adalah akibat peningkatan kadar hormon Progesteron dan HCG (<i>human chorionic gonadotrophine</i>) dalam serum darah ibu. yang dapat menyebabkan <i>morning sickness</i>. Peningkatan Hormon Progesteron memengaruhi sistem pencernaan ibu hamil. Hormon ini memperlambat semua fungsi metabolisme termasuk sistem pencernaan. Akibatnya, proses mencerna makanan membutuhkan waktu lebih lama yang pada ujungnya memicu rasa mual. (<a href="http://oketips.com/8522/tips-anti-mual-4-penyebab-morning-sickness-saat-kehamilan/">oketips</a>)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apabila berkepanjangan, patut dicurigai adanya infeksi bakteri <i>Helicobacter pylori</i>. Bakteri ini dapat dikatakan cukup berbahaya karena apabila tidak dilakukan perawatan secara intensif dapat menyebabkan ibu hamil mengalami mual-muntah hingga usia kandungan 20 minggu. Salah satu tandanya adalah apapun yang dikonsumsi akan dimuntahkan kembali. Kondisi ini bisa mengganggu aktivitas ibu hamil sehari-hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Cara Mengatasi </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pertama</b>, jangan makan sekaligus dalam porsi yang besar, tapi cobalah untuk makan sedikit-sedikit dalam porsi kecil namun sering. Hal ini untuk mencegah perut kosong dan mempertahankan kestabilan kadar gula darah. Makanlah banyak makanan yang tinggi karbohidrat, dan tinggi protein. Jangan lupa untuk mengonsumsi buah-buahan dan sayur sebagai pelengkap gizi seimbang.<br /><b>Kedua</b>, konsumsi suplemen yang mengandung vitamin B6 untuk mengurangi mual yang berlebihan. Hindari makanan yang berbau tajam, rokok, dan bau yang menyengat lainnya. Hindari bergerak dengan gerakan refleks dan cepat. Bergeraklah perlahan-lahan, terutama saat bangun pagi.(<a href="http://uraeka.com/792/mengatasi-mual-yang-berlebihan-saat-hamil">uraeka</a>)</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Ketiga</b>, mengkonsumsi pereda mual tradisional seperti jahe, kencur, pala sesuai selera anda, misalnya dibuat minuman ataupun langsung dikunyah. Ada juga jenis perede mual tradisional lainnya yaitu daun dadap (4 lmbar) dan daun asam yang masih muda (2 lembar). Cara menggunakannya: Rebuslah bahan-bahan diatas dengan air yang diperlukan sampai mendidih. Biarkan saja sampai airnya tinggal kira-kira 1 gelas saja. Setelah itu angkat dan dinginkan. Minumlah ramuan ini kepada ibu yang menderita tersebut setiap hari 3 ka!i, dengan dosis sekali minum sebanyak 1/4 geias. (<a href="http://obatkuno.com/obat-tradisional-menghilangkan-rasa-mual-pada-waktu-haml.htm">obatkuno</a>)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-91080353237256597652012-01-06T22:49:00.005+07:002012-01-06T22:49:48.957+07:00Kersen<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpgCW7i6JZ8E7hE6ACC_93tgq3pYOg0JKUOZTzErl5xt63XdwDj3uw_X0SNyf9uA-L5KcOBEVGgSeXCm9mCrlMKNSFCNcLQa6MHtSa38eOWyWu5Hqhg7iliEytkF63mKJJxNV9QnaAkSGl/s1600/kersen.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpgCW7i6JZ8E7hE6ACC_93tgq3pYOg0JKUOZTzErl5xt63XdwDj3uw_X0SNyf9uA-L5KcOBEVGgSeXCm9mCrlMKNSFCNcLQa6MHtSa38eOWyWu5Hqhg7iliEytkF63mKJJxNV9QnaAkSGl/s1600/kersen.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kersen (latin: <i>Muntingia calabura</i>) merupakan jenis tanaman yang sangat mudah tumbuh. tinggi sampai 12 m, meski umumnya hanya sekitar 3-6 m saja. Selalu hijau dan terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Cabang-cabang mendatar, menggantung di ujungnya; membentuk naungan yang rindang. Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan rambut kelenjar; demikian pula daunnya. Daun-daun terletak mendatar, berseling; helaian daun tidak simetris, bundar telur lanset, tepinya bergerigi dan berujung runcing, 1-4 × 4-14 cm, sisi bawah berambut kelabu rapat; bertangkai pendek. Daun penumpu yang sebelah meruncing bentuk benang, lk. 0,5 cm, agak lama lalu mengering dan rontok, sementara sebelah lagi rudimenter (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kersen">wikipedia</a>). Akar pohon kersen tergolong menjalar hingga terkadang, apabila berada dekat rumah dapat mengakibatkan retak pada dinding atau lantai. Pertumbuhan pohon ceri sangat cepat, dalam waktu kurang dari 3 tahun pohon ini sudah bisa mencapai tinggi 5-10 meter. Dan tentu saja semakin cepat pula memenuhi keinginan penanamnya untuk memberikan keteduhan dari rimbunnya dedaunan pohon ceri/ kersen.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Zat-zat yang terkandung dalam kersen</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Air (77,8 gram), Protein (0,384 gram), Lemak (1,56 Gram), Karbohidrat (17,9 gram), Serat (4,6 gram), Abu (1,14 gram), Kalsium (124,6 mg), Fosfor (84mg), Besi (1,18 mg), Karoten (0,019g), Tianin (0,065g), Ribofalin (0,037g), Niacin (0,554 g) dan kandungan Vitamin C (80,5 mg) nilai Energi yang dihasilkan adalah 380KJ/100 gram, (<a href="http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2181675-khasiat-buah-kersen/">shvoong</a>)<br /></div>
<br />
<b>Manfaat Daun dan Buah Kersen</b><br />
<ol>
<li style="text-align: justify;">Segi kandungan gizinya buah kersen tidak kalah dengan buah yang lain misalnya mangga. Kandungan vitamin C buah mangga 30 mg, sedangkan pada buah kersen 80,5 mg, selain itu kandungan kalsium pada buah kersen 124,6 mg, jauh lebih banyak dari buah mangga yang hanya 15 mg. Dengan memakannya sebanyak 5 - 10 butir buah kersen yang sudah matang, busang air besar langsung lancar kembali. (<a href="http://indonesiaindonesia.com/f/106571-khasiat-buah-kersen/">indonesiaindonesia</a>)</li>
<li style="text-align: justify;"> Antiseptik – Rebusan daun kersen ini ternyata mempunyai khasiat dapat membunuh mikroba atau sebagai antiseptik. Rebusan daun kersen terbukti dapat membunuh bakteri sbb: C. Diptheriae , S. Aureus, P. Vulgaris, S. Epidemidis, dan K. Rhizophil. Diduga aktivitas anti bakteri dari daun kersen ini disebabbkan oleh adanya kandungan senyawa seperti tanin, flavonoids dan saponin yang dimilikinya.</li>
<li style="text-align: justify;"> Antiinflamasi – Rebusan daun kersen juga mempunyai khasiat untuk mengurangi radang (antiinflamasi) dan juga menurunkan panas.</li>
<li style="text-align: justify;"> Antitumor – Daun kersen dilaporkan juga mempunyai efek anti tumor, dimana kandungan senyawa flavonoid yang dipunyai daun kersen ini ternyata dapat menghambat pertumbuhan sel kanker secara invitro/laboratoris.</li>
<li style="text-align: justify;"> Anti Uric Acid (Asam Urat) – Di Indonesia secara tradisional buah kersen telah digunakan untuk mengobati asam urat dengan cara mengkonsumsi buah kersen sebayak 9 butir 3 kali sehari. Hal ini terbukti dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan dari penyakit asam urat tsb.</li>
<li> Antidiabetes – 50 – 100 g daun kersen yang telah dicuci bersih direbus dalam 1 liter air hingga mendidih dan tersisa separuhnya. Hasil rebusan itu diminum 2 kali sehari. Jika menggunakan ekstrak daun kering, 2 – 5 g diseduh dalam 200 ml air. (<a href="http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2181675-khasiat-buah-kersen/">shvoong</a>)<br /></li>
</ol>
<br />Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-40352103805245548282012-01-06T22:26:00.001+07:002012-01-06T22:26:30.773+07:00Jengkol<div style="text-align: justify;">
<b>Ciri-Ciri</b> </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMxHOZrddzW-f4NXfpveKxgcBiOtFtOajcV6NpI4x3HPYbjFXRBAAqWgGZYCvzFE7ejkNTHbbL8MJBWFcBQXbb2keHcKRFJEGh4MxokTK1mwzvQdS8BWRLfa8pD4XV8RyCz_GnHDDueKpZ/s1600/jengkol.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMxHOZrddzW-f4NXfpveKxgcBiOtFtOajcV6NpI4x3HPYbjFXRBAAqWgGZYCvzFE7ejkNTHbbL8MJBWFcBQXbb2keHcKRFJEGh4MxokTK1mwzvQdS8BWRLfa8pD4XV8RyCz_GnHDDueKpZ/s1600/jengkol.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Jering atau jengkol (Archidendron pauciflorum, sinonim: A. jiringa, Pithecellobium jiringa, dan P. lobatum). Jengkol termasuk suku polong-polongan (Fabaceae. Buahnya berupa polong
dan bentuknya gepeng berbelit membentuk spiral, berwarna lembayung tua.
Biji buah berkulit ari tipis dengan warna coklat mengilap. Tanaman ini biasa dijumpai di wilayah Asia Tenggara. Bijinya digemari di Malaysia, Thailand, dan Indonesia sebagai bahan pangan (Wikipedia). Jengkol tergolong jenis pohon besar menjulang karena dapat mencapai tinggi 10-26 meter. Warna buahnya lembayung tua. Setelah tua, bentuk polong buahnya menjadi cembung dan di tempat yang mengandung biji ukurannya membesar. Tiap polong dapat berisi 5-7 biji. Bijinya berkulit ari tipis dan berwarna cokelat mengilap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Manfaat Jengkol</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa unsur penting untuk tubuh yang terkandung dalam jengkol di antaranya:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kalsium </div>
<div style="text-align: justify;">
kandungan kalsium jengkol tergolong tinggi, yaitu 140 mg/ 100 g. Kalsium sendiri dapat berfungsi untuk mengatur proses biologis dalam tubuh serta mampu membantu pembentukan tulang dan gigi. Pada usia dewasa, mengkonsumsi kalsium (800 mg per hari) sangat perlu untuk menjaga kesehatan tulang. Sedangkan di masa pertumbuhan, kandungan kalsium sangat penting untuk membentuk tulang yang kuat. </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Karbohidrat</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Vitamin A</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Vitamin B</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Minyak atsiri</div>
6. Protein <br /><div style="text-align: justify;">
Jengkol merupakan sumber protein yang baik, yaitu 23,3 g per 100 g bahan. Kadar proteinnya jauh melebihi tempe yang selama ini dikenal sebagai sumber protein nabati, yaitu hanya 18,3 g per 100 g. Kebutuhan protein setiap individu tentu saja berbeda-beda. Selain untuk membantu pertumbuhan dan pemeliharaan, protein juga berfungsi membangun enzim, hormon, dan imunitas tubuh. Karena itu, protein sering disebut zat pembangun.</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Fosfor </div>
<div style="text-align: justify;">
Kandungan fosfor pada jengkol (166,7 mg/100 g) juga sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi, serta untuk penyimpanan dan pengeluaran energi.</div>
<div style="text-align: justify;">
8. Zat Besi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jengkol mengandung 4,7 g per 100 g. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia. Gejala-gejala orang yang mengalami anemia defisiensi zat besi adalah kelelahan, lemah, pucat dan kurang bergairah, sakit kepala dan mudah marah, tidak mampu berkonsentrasi, serta rentan terhadap infeksi. Penderita anemia kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah sulit menelan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa penyakit yang dapat ditangani
dengan konsumsi jengkol adalah penderita diabetes, anemia dan sangat
baik untuk pembentukan tulang dan gigi. Berdasarkan penelitian Soemitro
(1987), senyawa aktif dalam kulit halus buah cenderung menunjukkan efek
penurunan kadar gula darah yang besar, sehingga baik untuk penderita
diabetes. (OL-08) (<a href="http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2010/02/03/2079/3/Kalsium-Jengkol-Perkuat-Tulang">Media Indonesia</a>)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Zat Berbahaya dalam Jengkol </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Asam Jengkolat<br />Asam jengkolat merupakan salah satu komponen yang terdapat pada biji jengkol. Strukturnya mirip dengan asam amino (pembentuk protein), tetapi tidak dapat dicerna. Oleh karena itu tidak dapat memberikan manfaat apa-apa pada tubuh. Bahkan pada berbagai buku kimia pangan, asam jengkolat dianggap sebagai salah satu racun yang dapat mengganggu tubuh manusia. Kandungan asam jengkolat pada biji jengkol bervariasi, tergantung pada varietas dan umur biji jengkol. Jumlahnya antara 1 – 2 % dari berat biji jengkol. Tetapi yang jelas asam jengkolat ini dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Penyebabknya adalah terbentuknya kristal asam jengkolat yang akan dapat menyumbat saluran air seni. Jika kristal yang terbentuk tersebut semakin banyak, maka kelama-lamaan dapat menimbulkan gangguan pada saat mengeluarkan air seni. Bahkan jika terbentuknya infeksi yang dapat menimbukan gangguan-gangguan lebih lanjut.. Asam jengkolat mempunyai struktur molekul yang menyerupai asam amino sistein yang mengandung unsur sulfur, sehingga ikut berpartisipasi dalam pembentukan bau. Molekul itu terdapat dalam bentuk bebas dan sukar larut ke dalam air. Karena itu dalam jumlah tertentu asam jengkolat dapat membentuk kristal. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Asam Amino</div>
<div style="text-align: justify;">
Asam-asam amino yang terkandung di dalam biji jengkol. membuat bau busuk yang sangat mengganggu Asam amino itu didominasi oleh asam amino yang mengandung unsur Sulfur (S). Ketika terdegradasi atau terpecah-pecah menjadi komponen yang lebih kecil, asam amino itu akan menghasilkan berbagai komponen flavor yang sangat bau, karena pengaruh sulfur tersebut. Salah satu gas yang terbentuk dengan unsur itu adalah gas H2S yang terkenal sangat bau. (<a href="http://www.halalguide.info/2009/06/30/jengkol-yang-berbahaya/">halalguide</a>)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b>Kuliner yang Menggunakan Bahan Dasar Jengkol</b><br />
<br />
<b>1. Semur Jengkol</b><br />
Bahan :<br /> * 1 kg jengkol tua/ranum<br /> * 1/2 sdt makan kopi (buat menghilangkan bau)<br /> * Kapur sirih secukupnya<br /> * Air untuk merebus<br /><br />Bumbu :<br /> * 10 bawang merah kecil (atau 4 yang besar)<br /> * 6 bawang putih (atau 3 yang besar)<br /> * 5 butir kemiri<br /> * 1 sdt ketumbar<br /> * 1/2 sdt biji lada<br /> * 1/4 sdt jinten<br /> * HALUSKAN<br /><br />Bumbu tambahan :<br /> * 3 butir cengkeh<br /> * 1/4 butir pala, parut<br /> * 2 butir kapulaga bulat<br /> * Garam secukupnya<br /><br />Cara Memasak :<br /> 1. Rebus jengkol dengan kopi dan kapur sirih<br /> 2. Setelah matang, kuliti dan geprek menjadi gepeng, sisihkan<br /> 3. Tumis bumbu halus<br /> 4. Masukkan jengkol<br /> 5. Masukkan cengkeh, kapulaga, parutan pala<br /> 6. Tambah kecap dan air<br /> 7. Masak sampai mengental dan matang<br /> 8. Tambahkan garam, rasakan<br /> 9. Sajikan dengan taburan bawang goreng (<a href="http://www.resepoke.com/masakan/resep-masakan-khas-semur-jengkol.htm">resepoke</a>)<br /><br />
<br />
<b>2. Jengkol Balado</b><br /><br />Bahan<br />
<ul>
<li> ¼ kg jengkol yang matang</li>
<li> Minyak goreng</li>
<li> Air untuk merebus</li>
<li> 1/2 sendok teh kopi bubuk</li>
</ul>
<br />
<br />
Bumbu yang dihaluskan :<br />
<ul>
<li>250 gr cabe - giling kasar</li>
<li>125 gr bawang merah - iris</li>
<li>2 buah tomat - iris dadu</li>
<li>1 lembar daun salam</li>
<li>1 sdt jeruk lemon</li>
<li>Garam secukupnya</li>
</ul>
Cara Membuatnya:<br />
<ol>
<li>Rebus jengkol, setengah matang masukkan kopi bubuk, rebus sampai empuk.</li>
<li>Pukul-pukul pelan , agar sehingga bentuknya sedikit pipih</li>
<li> Panaskan minyak. Masukkan jengkol goreng sebentar . Lalu angkat.</li>
<li>Untuk bumbu yang dihaluskan, panaskan minyak lalu masukkan bumbu halus, goreng sampai bau menyengat cabe hilang. Masukkan air jeruk lemon, daun salam dan garam.</li>
<li>Matikan kompor, tunggu sebentar lalu masukkan jengkol dan aduk hingga tercampur rata. (<a href="http://www.detikfood.com/read/2010/08/11/163701/1418472/921/resep-sayur-jengkol-balado">detikfood</a>)</li>
</ol>
<br />
<br />
<b>3. Gulai Jariang (Jengkol)</b><br />
<br />
Bahan Yang Dibutuhkan<br /> * 2 ons jengkol<br /><br />Bahan Bumbu<br /> * 12 butir bawang merah<br /> * 16 buah cabe merah<br /> * 6 buah kemiri<br /> * 3 lembar daun salam<br /> * 2 ruas jari lengkuas<br /> * santan kental dan cair dari 2 buah kelapa tua<br /> * gula putih secukupnya<br /> * garam dan penyedap secukupnya<br /><br />Cara Membuat<br />
<ol>
<li> Rendam jengkol dalam air kelapa selama 10 menit agar jengkol tidak berbau menyengat, kemudian cuci sampai bersih.</li>
<li> Haluskan semua bumbu kecuali lengkuas dan daun salam.</li>
<li> Tumis bumbu yang sudah dihaluskan itu di atas minyak yang cukup panas sampai berbau harum.</li>
<li> Masukkan jengkol dan tuang santannya. Tambahkan lengkuas dan daun salam.</li>
<li>Aduk terus agar santan tidak pecah, tunggu beberapa saat hingga jengkol matang.</li>
<li> Jika santan sudah mulai mengental, masukkan gula putih dan penyedap. Aduk sebentar dan angkat.</li>
<li> Hidangan siap disantap dengan nasi hangat. (<a href="http://reseprecipe.com/gulai-jariang-jengkol.html">reseprecipe</a>)</li>
</ol>
<br />
<br />
<b>4. Sambal Goreng Jengkol</b><br />Bahan :<br /> * Jengkol rebus 250 gram, iris tipis, goreng<br /> * Cabai merah 2 buah, iris panjang tipis, goreng<br /> * Air asam 1 sdt<br /> * Daun salam 1 lembar<br /> * Lengkuas 1 cm, memarkan<br /> * Gula merah sisir 2 sdt<br /> * Minak goreng 2 sdm<br /> * Gula pasir 1 sdt<br /><br />Bumbu halus :<br /> * Bawang putih 2 siung<br /> * Bawang merah 4 butir<br /> * Cabai merah 2 buah<br /> * Cabai rawit 2 buah<br /> * Garam secukupnya<br /><br />Cara Membuat :<br />1. Panaskan minyak, tumis bumbu halus, daun salam dan lengkuas hingga harum.<br />2. Tambahkan gula merah, gula pasir dan air asam, masak hingga kental.<br />3. Tambahkan jengkol dan cabai merah. Masak hingga bumbu meresap. (<a href="http://anekaresepmasakan.info/sambal-goreng-jengkol/">anekaresepmasakan</a>)<br />
<br />
<br />
<b>5. Goreng Jariang (Jengkol)</b><br />
Bahan:<br />• 20 jengkol yang tua<br />• 15 cabai merah<br />• 8 bawang merah<br />• Sedikit terasi<br />• Garam dan minyak untuk menumis<br /><br />Cara membuat:<br />
<div style="text-align: justify;">
1. Jengkol direbus dengan banyak air sampai kulit mengelupas. </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Tiriskan, lalu rebus lagi dengan dibubuhi sedikit garam. </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Angkat, tiriskan. </div>
<div style="text-align: justify;">
4. Jengkol dikeprek sampai agak pecah-pecah, </div>
<div style="text-align: justify;">
5. Goreng dengan minyak yang sedang panasnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
6. Cabai, bawang, terasi, dan garam digerus kasar. </div>
<div style="text-align: justify;">
7. Tumis dengan minyak bekas menggoreng jengkol sampai matang, </div>
<div style="text-align: justify;">
8. Masukkan jengkol goreng. </div>
<div style="text-align: justify;">
9. Ratakan, lalu angkat. (<a href="http://cuek.wordpress.com/2007/03/29/goreang-jariang-jengkol-minang/">cuekwordpress</a>)</div>
<br />
<br />
<b>6. Rendang Jengkol</b><br />
<br />
Bahan :<br />
<ul>
<li>500gr jengkol,(yg sebelumnya sudah direndam dalam air selama semalam dan kemudian direbus sampai ½ empuk.</li>
<li>Tiriskan,memarkan satu persatu tp jgn sampai hancur agar nantinya bumbu meresap kedalam jengkol tsb</li>
<li>500ml santan kental dari ½ kelapa</li>
<li>2 buah daun salam</li>
<li>2 cm jahe,memarkan</li>
<li>1 ruas serai,memarkan</li>
<li>1/2 sdt bumbu penyedap</li>
<li>Garam secukupnya</li>
<li>1/2 sdt gula pasir</li>
<li>1 gelas air</li>
</ul>
Bumbu yg dihaluskan :<br /> * 10 siung bawang<br /> * 5 siung bawang putih<br /> * 6 buah cabai merah,buang bijinya<br /> * 4 buah kemiri,sangrai<br /> * 2 cm kunyit,bakar<br /> * Bahan pelengkap:Bawang merah goreng<br /><br />Cara membuat :<br />
<ol>
<li style="text-align: justify;"> Tumis bumbu halus,daun salam,jahe,serai sampai harum dan matang kemudian masukan jengkol yg sudah dimemarkan tadi aduk masukan air dan biarkan sampai jengkolnya benar-benar empuk.</li>
<li style="text-align: justify;"> Masukan santan tadi sedikit demi sedikit,aduk agar santan tidak pecah.masukan garam,gula pasir dan bumbu penyedap.Diamkan dan sesekali aduk sampai bumbu meresap dan mengental.</li>
<li> Sajikan dengan taburan bawang merah goreng. (<a href="http://st305577.sitekno.com/article/67149/resep-masakan-rendang-jengkol.html">sitekno</a>)</li>
</ol>
<br />
<br /><b>7. Jengkol Kecap Pedas</b><br />
<br />
Bahan:<br /> - 15 butir jengkol<br /> - 2 sendok makan kecap manis<br /> - 1 sendok makan kecap asin<br /> - Gula merah secukupnya<br /> - Penyedap rasa secukupnya<br /> - Garam secukupnya<br /><br />Bumbu yang dihaluskan:<br /> 1. 20 butir cabai kriting<br /> 2. 3 siung bawang merah<br /> 3. 3 siung bawang putih<br /> 4. 1 butir tomat<br /><br />Cara Membuat Resep Masakan Jengkol Kecap Nan Pedas:<br />
<ol>
<li> Rebus jengkol dan beri sedikit garam.</li>
<li> Jika jengkol sudah empuk angkat dan tiriskan.</li>
<li> Jengkol yang sudah ditiriskan dimemarkan (dipukul-pukul).</li>
<li> Panaskan minyak dan tumis bumbu yang dihaluskan hingga wangi.</li>
<li> Masukkan jengkol yang telah dimemarkan, kecap manis, kecap asin, gula merah, garam dan penyedap rasa.</li>
<li> Aduk dan siap dihidangkan.</li>
</ol>
Tips:<br />Masakan ini bisa dibuat dengan dua cara sesuai selera, yaitu:<br /> 1. Berkuah, tinggal dalam memasaknya ditambah air<br /> 2. Kering. Diamkan bersama nasi hangat, lalap, sambal dan ikan asin. (<a href="http://resepmasakanmu.com/resep-masakan-jengkol-kecap-nan-pedas.htm">resepmasakanmu</a>)<br /><br />
<br />
<b>8. Kalio Jengkol</b><br />
<br />
Bahan Yang Dibutuhkan<br /> * 1 kg jengkol yang sudah tua<br /> * 6 gelas santan dari 2 butir kelapa<br /><br />Bahan Bumbu<br /> * 4 siung bawang putih<br /> * 15 buah cabe merah<br /> * 1 ruas jari jahe<br /> * 1 ruas jari lengkuas, dimemarkan<br /> * 2 lembar daun kunyit, dimemarkan<br /> * 2 batang serai, dimemarkan<br /> * 1 ruas jari kunyit<br /> * garam dan penyedap secukupnya<br />
<br />
Cara Membuat<br />
<ol>
<li>Agar jengkol tidak getir, rendam jengkol dalam air kelapa sekitar 1 jam.</li>
<li>Rebus jengkol hingga empuk. Kupas kulitnya dan belah jengkol menjadi 2 bagian.</li>
<li>Semua bumbu dihaluskan, kecuali daun kunyit, lengkuas, dan serai.</li>
<li>Panaskan santan dalam panci dan masukkan semua bumbu. Masukkan jengkol.</li>
<li>Masak santan pada api sedang dan aduk terus agar santan tidak pecah. Tambahkan garam dan penyedap.</li>
<li>Tunggu hingga bumbu meresap dan santan mengental. Jika sudah matang, angkat dan sajikan. (<a href="http://reseprecipe.com/kalio-jengkol.html">reseprecipe</a>)</li>
</ol>
<br />
<b>9. Semur Jengkol ala Betawi</b><br />
<br />
Bahan-Bahan:<br />
<ul>
<li>250 gr Jengkol</li>
<li>2 cm Kayu Manis</li>
<li>50 ml Kecap Manis</li>
<li>1 sdt Garam</li>
<li>1 sdm Gula Pasir</li>
<li>250 ml Air</li>
<li>Minyak Goreng secukupnya</li>
</ul>
Bahan bumbu (haluskan) :<br />
<ul>
<li>3 siung Bawang Putih</li>
<li>4 bh Bawang Merah</li>
<li>1 sdm Ketumbar</li>
</ul>
Cara Membuat :<br />
<ol>
<li>Rebus jengkol lalu kupas kulitnya dan pukul-pukul hingga sedikit pecah.</li>
<li>Panaskan minyak goreng kemudian tumis bumbu yang dihaluskan, beri garam, gula pasir dan kayu manis. Tumis hingga harum.</li>
<li>Masukkan kecap manis, tumis kembali hingga mendidih.Masukkan jengkol, aduk perlahan. Tambahkan air, masak hingga bumbu meresap dalam jengkol.</li>
<li>Angkat dan hidangkan. (<a href="http://www.kulinernusantara.net/2011/07/resep-masakan-semur-jengkol-betawi.html">kulinernusantara</a>)</li>
</ol>
<br />
<b>10. Semur Jengkol ala Jawa Barat</b><br />
<br />
Bumbu :<br />
<ul>
<li>2 Sendok makan bawang merah</li>
<li>1 sendok teh bawang putih</li>
<li>3 sendok makan lombok merah</li>
<li>5s/d 6 butir lada</li>
<li>4 sendok makan kecap</li>
<li>+-1 sendok makan garam</li>
</ul>
Cara buat :<br />1. Kupas jengkol kemudian dicuci dan belah jadi dua<br />2. Rebus/godok sampe masak.<br /> Setelah masak buang sisa air rebusannya kemudian cuci lagi<br />3. Halusskan bumbu bumbu, tumislah<br />4. Masukkan jengkol, tuangkan ½ gelas air<br />5. Tambahkan ketjap/kecap (<a href="http://www.rembes.com/2011/02/resep-semur-jengkol-jawa-barat.html">rembes</a>)<br />
<br />
<br />
<b>11. Kerupuk Jengkol</b><br />
<br />
Bahan-bahan:<br />
<ul>
<li>Jengkol</li>
<li>Air</li>
<li>Garam (sesuai selera)</li>
</ul>
Cara Pembuatan<br />
<ol>
<li>Jengkol dikupas, lalu direbus setelah ditambahi garam.</li>
<li>Tunggu sampai air mendidih dan kulit ari jengkol sudah mengelupas.</li>
<li>Ambil satu belahan jengkol lalu ‘ditokok-tokok’ (dimemarkan) di atas batu lado, sampai pipih (tebalnya sekitar 1 mm), lalu jemur di tempat yang terkena sinar matahari dan bersih.</li>
<li>Setelah kering, lap kerupuk jengkol yang sudah dijemur tersebut.</li>
<li>Kerupuk jengkol sudah jadi dan siap digoreng. (<a href="http://siswantooke.com/1248/resep-cara-membuat-kerupuk-jengkol">siswantooke</a>)</li>
</ol>
<br />
<b>12. Pepes Jengkol</b><br />
<br />
- Jengkol 1/2 kg<br /> - 2 lbr Daun salam<br /> -. 3 btg Serai<br /> -. 2 siung bawang merah<br /> -. 3 siung bawang puting<br /> -. 2 bj kemiri<br /> -. 1 ruas jari kunyit<br /> -. 1/4 sd teh garam<br /> -. 1/4 penyedap rasa<br /> -. 3 cabe rawit keprek<br /> -. daun pisang secukupnya<br /><br />Cara Membuat :<br />
<ol>
<li>Bawang merah, Bawang putih, kunyit, kemiri diuleg lembut </li>
<li>Tumis sampai mengeluarkan bau harum</li>
<li>Masukkan serai, daun salam, garam plus penyedap rasa, dan cabai rawit</li>
<li>Masukkan jengkol</li>
<li>Matikan api biarkan dulu sampai meresap bumbunya. </li>
<li>Bungkus dengan daun pisang.</li>
<li>Setelah dibungkus daun terserah anda>> mau dikukus boleh, mau di taruh diatas magic jar bisa, mau dibakar juga boleh. Pepes jengkol enggak kalah enaknya dengan semur dan rendang jengkol. (<a href="http://resep-bisnis.com/resep-memasak-pepes-jengkol/">resepbisnis</a>)</li>
</ol>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-11662990660245154062012-01-02T23:28:00.001+07:002012-01-03T22:41:24.289+07:00Membuat Tabel di Blog<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya sangat mudah untuk mencantumkan data tabel di posting blog. Ada tiga cara untuk membuat dan mencantumkan tabel, yaitu:</div>
<ol>
<li>Cukup <i>copy </i>dari tabel di word atau excell (2007 atau versi terakhir) dan <i>paste</i>-kan ke postingan.</li>
<li style="text-align: justify;">Cara lainnya adalah dengan menggunakan jasa situs <a href="http://tableizer.journalistopia.com/">tableizer</a>. Situs ini menyediakan fasilitas gratis untuk menampilkan data tabel dari word atau excell di postingan anda. Cukup <i>copy paste </i>data tabel anda lalu tableizer mengkonversinya dalam bentuk kode html yang nantinya disematkan dalam postingan.</li>
<li>Cara ketiga adalah dengan membuat tabel sendiri. Adapun kodenya cukup sederhana, yaitu</li>
</ol>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-VePDwA0UUko/TwMhPGv7DTI/AAAAAAAAAJQ/frMHpsaBZFE/s1600/kode+bikin+tabel.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="173" src="http://3.bp.blogspot.com/-VePDwA0UUko/TwMhPGv7DTI/AAAAAAAAAJQ/frMHpsaBZFE/s400/kode+bikin+tabel.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
Bentuknya adalah seperti dalam contoh di bawah ini<br />
<br />
<table border="1">
<tbody>
<tr>
<td>kolom 1 dari baris 1</td>
<td>kolom 2 dari baris 1</td>
</tr>
<tr>
<td>kolom 1 dari baris 2</td>
<td>kolom 2 dari baris 2</td>
</tr>
</tbody></table>
<br />
<span style="color: red;"></span><span style="color: red;"></span><span style="color: red;"></span><br />
<ul>
<li><span style="color: red;">warna merah</span> menunjukan ketebalan garis. Angka 1 dapat diganti sesuai dengan tingkat ketebalan. </li>
<li><span style="color: blue;">warna biru</span> menunjukan awal dan akhir membuat baris dan kolom tabel</li>
<li><span style="color: #38761d;">Warna hijau</span> menunjukan jumlah cell</li>
</ul>
<br />
<b>Sumber:</b><br />
http://maestro-bloger.blogspot.com/2007/11/membuat-tabel-pada-blog.html<br />
http://henny-fmh.blogspot.com/2010/06/mudahnya-konversi-tabel-html.html<br />
<br />Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-24185347261769225572012-01-01T22:55:00.000+07:002012-01-01T22:55:49.522+07:00Pendekatan Fungsional<div style="text-align: justify;">
Meskipun eksplanasi secara fungsional dalam kajian-kajian sosial telah terlihat dalam karyakarya Spencer dan Comte, namun Durkheimlah yang telah meletakkan dasarnya secara tegas dan jelas. Peranan Durkheim ini diakui secara eskplisit oleh R-B. Durkheim secara jelas mengatakan bahwa fenomena sosial seharusnya diekpslain melalui dua pendekatan pokok yang berbeda, yaitu pendekatan historis dan pendekatan fungsional. Analisa fungsional berusaha menjawab pertanyaan mengapa suatu item-item sosial tertentu mempunyai konsekuensi tertentu terhadap operasi keseluruhan sistem sosial. Sementara itu analisa historis berusaha menjawab mengapa item sosial tersebut, bukan item-item sosial yang lain, secara historis yang mempunyai fungsi tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para peneliti sosial, kata Durkheim, harus dapat mengkombinasikan penelitian untuk mencari asal-usul dan sebab (pendekatan historis), di satu pihak, dan penentuan fungsifungsi dari suatu fenomena sosial (pendekatan fungsional), di pihak lain. Kita harus menentukan apakah ada satu hubungan antara kenyataan sosial yang diteliti dengan kebutuhan umum organisme sosial. Kalau ada, maka hubungan tersebut terdiri dari hal-hal apa saja, dan bagaimana prosesnya sehingga hubungan berfungsi tersebut terjadi. Pendekatan fungsional dalam antropologi sosial dipelopori oleh dua orang sarjana Inggris yang hidup sezaman, yaitu R-B dan Malinowski. Meskipun kedua mereka ini sama-sama dipengaruhi oleh Durkheim, namun penafsiran dan pengembangan mereka atas konsep fungsi adalah berbeda satu sama lain. R-B menolak setiap penggunaan konsep fungsi yang tidak dikaitkan dengan struktur sosial, karena itulah pendekatan dasarnya adalah kombinasi dari kedua konsep tersebut: fungsi dan struktur sosial, yang kemudian dikenal dengan nama struktural-fungsionalisme. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
R-B dengan tegas membedakan konsep fungsionalnya dari konsep fungsional Malinowski. Bagi R-B fungsi adalah "kontribusi yang dimainkan oleh sebuah item sosial, atau sebuah institusi sosial, terhadap kemantapan suatu struktur sosial". Sementara itu Malinowski melihat "fungsi" sama seperti "guna", yang dikaitkan dengan kebutuhan psikologis dan biologis manusia. Fungsi dari sebuah item sosial, atau sebuah institusi sosial, menurut Malinowski, adalah "kegunaan dari institusi tersebut dalam memenuhi kebutuhan psiko-biologis individu-individu anggota sebuah masyarakat".</div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-20806002474990083932011-12-28T20:56:00.000+07:002011-12-28T20:56:57.327+07:00Kujang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-Df_8tg786B0/Tvsf0CXm9NI/AAAAAAAAAI0/KBV-3eYgTUc/s1600/kujang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="282" src="http://4.bp.blogspot.com/-Df_8tg786B0/Tvsf0CXm9NI/AAAAAAAAAI0/KBV-3eYgTUc/s400/kujang.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><b>DEFINISI </b></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Kujang berasal dari kata kudi dan hyang. Kudi diambil dari bahasa Sunda Kuno yang artinya senjata yang mempunyai kekuatan gaib sakti, sebagai jimat, sebagai penolak bala. Kudi atau kudhi juga dapat diartikan sebagai alat bantu pekerjaan untuk membelah atau memotong benda keras, seperti parang. Sebagaimana parang, kudi hanya memiliki satu sisi tajam, berbentuk agak melengkung menyerupai celurit tetapi bagian pangkalnya membesar. Bentuk kudi yang lebih langsing dapat dipergunakan sebagai senjata. Senjata kujang dianggap sebagai kembangan dari kudi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Hyang (dikenal dalam bahasa Melayu, Kawi, Jawa, Sunda, dan Bali) adalah suatu keberadaan spiritual tak kasat mata yang memiliki kekuatan supranatural. Keberadaan spritual ini dapat bersifat ilahiah atau roh leluhur. Kini dalam bahasa Indonesia istilah ini cenderung disamakan dengan Dewa, Dewata, atau Tuhan. Tempat para hyang bersemayam disebut Kahyangan, yang kini disamakan dengan konsep surga.Dalam bahasa Sunda istilah "nga-hyang" berarti "menghilang" atau "tak
terlihat". Diduga kata ini memiliki kaitan kebahasaan dengan kata
"hilang" dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia. Pada
perkembangannya istilah "hyang" menjadi akar kata beberapa nama,
sebutan, dan istilah yang hingga kini masih dikenal di Indonesia (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hyang">Wikipedia</a>). </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Kujang (juga) berasal dari kata Ujang, yang berarti manusia atau manusa. Manusia yang sakti sebagaimana Prabu Siliwangi.</span></div>
<span style="font-size: small;"><br /></span><br />
<span style="font-size: small;"><b>BAGIAN BAGIAN KUJANG</b></span><br />
<ol>
<li><span style="font-size: small;">
Papatuk (Congo); bagian ujung kujang yang runcing, gunanya untuk menoreh atau mencungkil.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Eluk (Siih); lekukan-lekukan atau gerigi pada bagian punggung kujang sebelah atas, gunanya untuk mencabik-cabik perut musuh.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Waruga; nama bilahan (badan) kujang.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Mata; lubang-lubang kecil yang terdapat pada bilahan kujang yang
pada awalnya lubang- lubang itu tertutupi logam (biasanya emas atau
perak) atau juga batu permata. Tetapi kebanyakan yang ditemukan hanya
sisasnya berupa lubang lubang kecil. Gunanya sebagai lambang tahap
status si pemakainya, paling banyak 9 mata dan paling sedikit 1 mata,
malah ada pula kujang tak bermata, disebut “Kujang Buta”.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Pamor; garis-garis atau bintik-bintik pada badan kujang disebut
Sulangkar atau Tutul, biasanya mengandung racun, gunanya selain untuk
memperindah bilah kujangnya juga untukmematikan musuh secara cepat.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Tonggong; sisi yg tajam di bagian punggung kujang, bisa untuk mengerat juga mengiris.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Beuteung; sisi yang tajam di bagian perut kujang, gunanya sama dengan bagian punggungnya.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Tadah; lengkung kecil pada bagian bawah perut kujang, gunanya untuk
menangkis dan melintir senjata musuh agar terpental dari genggaman.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Paksi; bagian ekor kujang yang lancip untuk dimasukkan ke dalam gagang kujang.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Combong; lubang pada gagang kujang, untuk mewadahi paksi (ekor kujang).</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Selut; ring pada ujung atas gagang kujang, gunanya untuk memperkokoh cengkeraman gagang kujang pada ekor (paksi).</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Ganja (landéan); nama khas gagang (tangkai) kujang.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Kowak (Kopak); nama khas sarung kujang. (<a href="http://www.kaskus.us/showthread.php?t=10318687">Kaskus</a>)</span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Di antara bagian-bagian kujang tadi, ada satu bagian yang memiliki lambang “ke-Mandalaan”, yakni mata yang berjumlah 9 buah. Jumlah ini disesuaikan dengan banyaknya tahap Mandala Agama Sunda Pajajaran yang juga berjumlah 9 tahap, di antaranya (urutan dari bawah): Mandala Kasungka, mandala Parmana, Mandala Karna, Mandala Rasa, Mandala Séba, Mandala Suda, Jati Mandala, Mandala Samar, Mandala Agung. Mandala tempat siksaan bagi arwah manusia yang ketika
hidupnya bersimbah noda dan dosa, disebutnya Buana Karma atau Jagat Pancaka, yaitu Neraka. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>SEJARAH PERKEMBANGAN KUJANG</b><br />
Kujang sangat identik dengan Sunda Pajajaran masa silam. Sebab, alat
ini berupa salah sastu aspek identitas eksistensi budaya Sunda kala
itu. Namun, dari telusuran kisah keberadaannya tadi, sampai sekarang
belum ditemukan sumber sejarah yang mampu memberitakan secara jelas dan
rinci. Satu-satunya sumber berita yang dapat dijadikan pegangan
(sementara) yaitu lakon-lakon pantun. Sebab dalam lakon-lakon pantun
itulah kujang banyak disebut-sebut. Di antara kisah-kisah pantun yang
terhitung masih lengkap memberitakan kujang, yaitu pantun (khas) Bogor
sumber Gunung Kendeng sebaran Aki Uyut Baju Rambeng. Pantun Bogor ini
sampai akhir abad ke-19 hanya dikenal oleh warga masyarakat Bogor
marginal (pinggiran), yaitu masyarakat pedesaan. Mulai dikenalnya oleh
kalangan intelektual, setelahnya tahun 1906 C.M. Pleyte (seorang
Belanda yang besar perhatiannya kepada sejarah Pajajaran) melahirkan
buku berjudul Moending Laja Di Koesoemah, berupa catatan pribadinya
hasil mendengar langsung dari tuturan juru pantun di daerah Bogor
sebelah Barat dan sekitarnya. Pemberitaan tentang kujang selalu
terselip hampir dalam setiap lakon dan setiap episode kisah serial
Pantun Bogor, baik fungsi, jenis, dan bentuk, para figur pemakainya
sampai kepada bagaimana cara menggunakannya. Malah ungkapan-ungkapan
konotatif yang memakai kujang-pun tidak sedikit. Contoh kalimat
gambaran dua orang berwajah kembar; “Badis pinang nu munggaran, rua
kujang sapaneupaan” atau melukiskan seorang wanita; “Mayang lenjang
badis kujang, tembong pamor tembong eluk tembong combong di ganjana”
dsb. Demikian pula bendera Pajajaran yang berwarna “hitam putih” juga
diberitakan bersulamkan gambar kujang “Umbul-umbul Pajajaran hideung
sawaréh bodas sawaréh disulaman kujang jeung pakujajar nu lalayanan”.<br /><br />
Di masa lalu Kujang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat
Sunda karena fungsinya sebagai peralatan pertanian. Pernyataan ini
tertera dalam naskah kuno Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian (1518 M)
maupun tradisi lisan yang berkembang di beberapa daerah diantaranya di
daerah Rancah, Ciamis. Bukti yang memperkuat pernyataan bahwa kujang
sebagai peralatan berladang masih dapat kita saksikan hingga saat ini
pada masyarakat Baduy, Banten dan Pancer Pangawinan<br />
di Sukabumi.<br /><br />
Dengan perkembangan kemajuan, teknologi, budaya, sosial dan ekonomi
masyarakat Sunda, Kujang pun mengalami perkembangan dan pergeseran
bentuk, fungsi dan makna. Dari sebuah peralatan pertanian, kujang
berkembang menjadi sebuah benda yang memiliki karakter tersendiri dan
cenderung menjadi senjata yang bernilai simbolik dan sakral. Wujud baru
kujang tersebut seperti yang kita kenal saat ini diperkirakan lahir
antara abad 9 sampai abad 12.<br /><br />
Sejak sirnanya Kerajaan Pajajaran sampai sekarang, kujang masih banyak
dimiliki oleh masyarakat Sunda, yang fungsinya hanya sebagai benda
obsolete tergolong benda sejarah sebagai wahana nostalgia dan kesetiaan
kepada keberadaan leluhur Sunda pada masa jayanya Pajajaran, di samping
yang tersimpan di museum-museum.<br /><br />
Pengabadian kujang lainnya, banyak yang menggunakan gambar bentuk
kujang pada lambang-lambang daerah, pada badge badge organisasi
kemasyarakatan atau ada pula kujang-kujang tempaan baru (tiruan),
sebagai benda aksesori atau cenderamata.<br /><br />
Selain keberadaan kujang seperti itu, di kawasan Jawa Barat dan Banten
masih ada komunitas yang masih akrab dengan kujang dalam pranata
hidupnya sehari-hari, yaitu masyarakat Sunda “Pancer Pangawinan”
(tersebar di wilayah Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak – Provinsi Banten,
Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cisolok Kabupaten
Sukabumi – Provinsi Jawa Barat). Dan masyarakat “Sunda Wiwitan Urang
Kanékés” (Baduy) di Kabupaten Lebak – Provinsi Banten. Dalam lingkungan
budaya hidup mereka, tiap setahun sekali kujang selalu digunakan pada
upacara “Nyacar” (menebangi pepohonan untuk lahan ladang). Patokan
pelaksanaannya yaitu terpatri dalam ungkapan “Unggah Kidang Turun
Kujang”, artinya jika bintang Kidang telah muncul di ufuk Timur di kala
subuh, pertanda musim “Nyacar” sudah tiba, kujang (Kujang Pamangkas)
masanya digunakan sebagai pembuka kegiatan “Ngahuma” (berladang).<br /><br /><b>BENTUK DAN JENIS KUJANG SERTA FUNGSINYA</b><br />
Pada zaman masih jayanya kerajaan Pajajaran, kujang terdiri dari beberapa bentuk, di antaranya:<br />
1. Kujang Ciung; yaitu kujang yang bentuknya dianggap menyerupai burung Ciung.<br />
2. Kujang Jago; kujang yang bentuknya menyerupai ayam jago.<br />
3. Kujang Kuntul; kujang yang menyerupai burung Kuntul.<br />
4. Kujang Bangkong; kujang yang menyerupai bangkong (kodok).<br />
5. Kujang Naga; kujang yang bentuknya menyerupai naga.<br />
6. Kujang Badak; kujang berbadan lebar dianggap seperti badak.<br />
7. Kudi; perkakas sejenis kujang.<br /><br />
Berdasarkan jenisnya, kujang memiliki fungsi sebagai:<br />
1. Kujang Pusaka; yaitu kujang sebagai lambang keagungan seorang raja
atau pejabat kerajaan lainnya dengan kadar kesakralannya sangat tingi
seraya memiliki tuah dan daya gaib tinggi.<br />
2. Kujang Pakarang; yaitu kujang untuk digunakan sebagai alat berperang dikala diserang musuh.<br />
3. Kujang Pangarak; yaitu kujang bertangkai panjang seperti tombak sebagai alat upacara.<br />
4. Kujang Pamangkas; kujang sebagai alat pertanian (perladangan).
</span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>KELOMPOK PEMAKAI KUJANG</b><br />
Meskipun perkakas kujang identik dengan keberadaan Kerajaan Pajajaran
pada masa silam, namun berita Pantun Bogor tidak menjelaskan bahwa alat
itu dipakai oleh seluruh warga masyarakat secara umum. Perkakas ini
hanya digunakan oleh kelompok tertentu, yaitu para raja, prabu anom
(putera mahkota), golongan pangiwa, golongan panengen, golongan agama,
para puteri serta kaum wanita tertentu, para kokolot. Sedangkan rakyat
biasa hanya menggunakan perkakas-perkakas lain seperti golok,
congkrang, sunduk, dsb. Kalaupun di antaranya ada yang menggunakan
kujang, hanya sebatas kujang pamangkas dalam kaitan keperluan berladang.<br /><br />
Setiap menak (bangsawan), para pangagung (pejabat negara) sampai para
kokolot, dalam pemilikan kujang, tidak sembarangan memilih bentuk.
Namun, hal itu ditentukan oleh status sosialnya masing-masing. Bentuk
kujang untuk para raja tidak boleh sama dengan milik balapati. Demikian
pula, kujang milik balapati mesti berbeda dengan kujang miliknya
barisan pratulup, dan seterusnya.</span>
</div>
<ol>
<li><span style="font-size: small;">
Kujang Ciung mata-9: hanya dipakai khusus oleh Raja;</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Kujang Ciung mata-7: dipakai oleh Mantri Dangka dan Prabu Anom;</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Kujang Ciung mata-5: dipakai oleh Girang Seurat, Bupati Pamingkis,dan para Bupati Pakuan;</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Kujang Jago: dipakai oleh Balapati, para Lulugu, dan Sambilan;</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Kujang Kuntul: dipakai oleh para Patih (Patih Puri, Patih Taman, Patih Tangtu Patih Jaba, dan Patih Palaju), juga digunakan oleh para Mantri (Mantri Majeuti, Mantri Paséban, Mantri Layar,Mantri Karang, dan Mantri Jero);</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Kujang Bangkong: dipakai oleh Guru Sekar, Guru Tangtu, Guru Alas, Guru Cucuk;</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Kujang Naga: dipakai oleh para Kanduru, para Jaro, Jaro Awara, Tangtu, Jaro Gambangan;</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Kujang Badak: dipakai oleh para Pangwereg, para Pamatang, para
Palongok, para Palayang, para Pangwelah, para Bareusan, parajurit,
Paratulup, Sarawarsa, para Kokolot.</span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br />
Selain diperuntukkan bagi para pejabat tadi, kujang digunakan pula oleh
kelompok agama, tetapi kesemuanya hanya satu bentuk yaitu Kujang Ciung,
yang perbedaan tahapannya ditentukan oleh banyaknya “mata”. Kujang
Ciung bagi peruntukan Brahmesta (pendeta agung negara) yaitu yang
bermata-9, sama dengan peruntukan raja. Kujang Ciung bagi para Pandita
bermata-7, para Geurang Puun, Kujang Ciung bermata-5, para Puun Kujang
Ciung bermata-3, para Guru Tangtu Agama dan para Pangwereg Agama Kujang
Ciung bermata-1.<br /><br />
Di samping masing-masing memiliki kujang tadi, golongan agama menyimpan
pula Kujang Pangarak, yaitu kujang yang bertangkai panjang yang gunanya
khusus untuk upacara-upacara sakral seperti Upacara Bakti Arakana,
Upacara Kuwera Bakti, dsb., malah kalau dalam keadaan darurat, bisa
saja dipakai untuk menusuk atau melempar musuh dari jarak jauh. Tapi
fungsi utama seluruh kujang yang dimiliki oleh golongan agama, sebagai
pusaka pengayom kesentosaan seluruh isi negara.<br />
Kelompok lain yang juga mempunyai kewenangan memakai kujang yaitu para
wanita Menak (Bangsawan) Pakuan dan golongan kaum wanita yang memiliki
fungsi tertentu, seperti para Puteri Raja, para Puteri Kabupatian, para
Ambu Sukla, Guru Sukla, para Ambu Geurang, para Guru Aés, dan para
Sukla Mayang (Dayang Kaputrén). Kujang bagi kaum wanita ini, biasanya
hanya terdiri dari Kujang Ciung dan Kujang Kuntul. Hal ini karena
bentuknya yang langsing, tidak terlalu “galabag” (berbadan lebar”, dan
ukurannya biasanya lebih kecil dari ukuran kujang kaum pria.<br />
Untuk membedakan status pemiliknya, kujang untuk kaum wanita pun sama
dengan untuk kaum pria, yaitu ditentukan oleh banyaknya mata, pamor,
dan bahan yang dibuatnya. Kujang untuk para puteri kalangan menak
Pakuan biasanya kujang bermata-5, Pamor Sulangkar, dan bahannya dari
besi kuning pilihan. Sedangkan (kujang) wanita fungsi lainnya kujang
bermata-3 ke bawah malah sampai Kujang Buta, Pamor Tutul, bahannya besi
baja pilihan.<br /><br />
Kaum wanita Pajajaran yang bukan menak tadi, di samping menggunakan
kujang ada pula yang memakai perkakas “khas wanita” lainnya, yaitu yang
disebut Kudi, alat ini kedua sisinya berbentuk sama, seperti tidak ada
bagian perut dan punggung, juga kedua sisinya bergerigi seperti pada
kujang, ukurannya rata-rata sama dengan ukuran “Kujang Bikang” (kujang
pegangan kaum wanita), langsing, panjang kira-kira 1 jengkal termasuk
tangkainya, bahannya semua besi-baja, lebih halus, dan tidak ada yang
memamai mata.<br /> </span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>PROSES PEMBUATAN KUJANG</b><br />
Pada zamannya Kerajaan Pajajaran Sunda masih jaya, setiap proses
pembuatan benda-benda tajam dari logam termasuk pembuatan senjata
kujang, ada patokan-patokan tertentu yang harus dipatuhi, di antaranya:<br /><b>1. Patokan Waktu</b><br />
Mulainya mengerjakan penempaan kujang dan benda-benda tajam lainnya,
ditandai oleh munculnya Bintang Kerti, hal ini terpatri dalam ungkapan
“Unggah kidang turun kujang, nyuhun kerti turun beusi”, artinya
‘Bintang Kidang mulai naik di ufuk Timur waktu subuh, pertanda masanya
kujang digunakan untuk “nyacar” (mulai berladang). Demikian pula jika
Bintang Kerti ada pada posisi sejajar di atas kepala menyamping agak ke
Utara waktu subuh, pertanda mulainya mengerjakan penempaan benda-benda
tajam dari logam (besi-baja)’. Patokan waktu seperti ini, kini masih
berlaku di lingkungan masyarakat “Urang Kanékés” (Baduy).<br /><b>2. Kesucian “Guru Teupa” (Pembuat Kujang)</b><br />
Seorang Guru Teupa (Penempa Kujang), waktu mengerjakan pembuatan kujang
mesti dalam keadaan suci, melalui yang disebut “olah tapa” (berpuasa).
Tanpa syarat demikian, tak mungkin bisa menghasilkan kujang yang
bermutu. Terutama sekali dalam pembuatan Kujang Pusaka atau kujang
bertuah. Di samping Guru Teupa mesti memiliki daya estetika dan
artistika tinggi, ia mesti pula memiliki ilmu kesaktian sebagai wahana
keterampilan dalam membentuk bilah kujang yang sempurna seraya mampu
menentukan “Gaib Sakti” sebagai tuahnya.<br /><b>3. Bahan Pembuatan Kujang</b><br />
Untuk membuat perkakas kujang dibutuhkan bahan terdiri dari logam dan bahan lain sebagai pelengkapnya, seperti:</span>
</div>
<ol>
<li><span style="font-size: small;">
Besi, besi kuning, baja, perak, atau emas sebagai bahan membuat waruga (badan kujang) dan untuk selut (ring tangkai kujang).</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Akar kayu, biasanya akar kayu Garu-Tanduk, untuk membuat ganja atau
landean (tangkai kujang). Akar kayu ini memiliki aroma tertentu.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Papan, biasanya papan kayu Samida untuk pembuatan kowak atau kopak (sarung kujang). Kayu ini pun memiliki aroma khusus.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Emas, perak untuk pembuatan “mata” atau “pamor” kujang pusaka
ataukujang para menak Pakuan dan para Pangagung tertentu. Selain itu,
khusus untuk “mata” banyak pula yang dibuat dari batu permata yang
indah-indah.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Peurah” (bisa binatang) biasanya “bisa Ular Tiru”, “bisa Ular
Tanah”, “Bisa Ular Gibug”, ”bisa Kelabang” atau “bisa Kalajengking”.
Selain itu digunakan pula racun tumbuh-tumbuhan seperti ”getah akar
Leteng” “getah Caruluk” (buah Enau) atau “serbuk daun Rarawea”, dsb.
Gunanya untuk ramuan pelengkap pembuatan “Pamor”. Kujang yang berpamor dari
ramuan racun-racun tadi, bisa mematikan musuh meski hanya tergores.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
“Gaib Sakti” sebagai isi, sehingga kujang memiliki tuah tertentu.
Gaib ini terdiri dari yang bersifat baik dan yang bersifat jahat, bisa
terdiri dari gaib Harimau, gaib Ulat, gaib Ular, gaib Siluman, dsb.
Biasanya gaib seperti ini diperuntukan bagi isi kujang yang pamornya
memakai ramuan racun sebagai penghancur lawan. Sedangkan untuk Kujang Pusaka, gaib
sakti yang dijadikan isi biasanya para arwah leluhur atau para
“Guriyang” yang memiliki sifat baik, bijak, dan bajik.</span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>4. Tempat (Khusus) Pembuatan Kujang</b><br />
Tempat untuk membuat benda-benda tajam dari bahan logam besi-baja, baik
kudi, golok, sunduk, pisau, dsb. Dikenal dengan sebutan Gosali,
Kawesen, atau Panday. Tempat khusus untuk membuat (menempa) perkakas
kujang disebut Paneupaan. Seperti dalam lakon Pantun Bogor kisah “Kalangsunda Makalangan”
terdapat ungkapan yang menggamvarkan kemiripan rupa tokoh Kumbang Bagus
Setra dan Rakean Kalang Sunda dengan kalimat berbunyi: “Yuni Kudi
sa-Gosali, rua Kujang sa-Paneupaan”, ungkapan tersebut mengindi-kasikan
bahwa istilah “Paneupaan” benar-benar berupa nama untuk tempat
pembuatan perkakas kujang. Hal ini lebih diperjelas lagi dengan sebutan
“Guru Teupa” bagi si pembuat kujang, yang mungkin sederajat dengan
“Empu” pembuat keris di lingkungan masyarakat Jawa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>CARA MEMBAWA KUJANG</b><br />
Membawa perkakas kujang tidak hanya satu cara, namun tergantung kepada bentuk dan ukuran besar kecilnya dan kadar kesakralannya.</span></div>
<ol>
<li><span style="font-size: small;">
Disoren; yaitu digantungkan pada pinggang sebelah kiri dengan menggunakan sabuk atau tali pengikat yang diikatkan ke pinggang. Yang dibawa dengan cara disoren ini, Kujang Galabag (berbadan lebar) seperti Kujang Naga dan Kujang Badak sebab kowaknya (sarungnya) cukup lebar.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Ditogel; yaitu dengan cara diselipkan pada sabukdi depan perut tanpa menggunakan tali pengikat. Kujang yang dibawa dengan cara ini yaitu Kujang Bangking (kujang berbadan kecil) seperti Kujang Ciung, Kujang Kuntul, Kujang Bangkong, Kujang Jago, Kudi yang ukuran kowaknya pun lebih kecil. Demikian pula kujang yang termasuk “Kujang Ageman” (bertuah) selalu dibawa dengan cara ditogel.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Dipundak; yaitu dengan cara dipikul tangkainya yang panjang, seperti membawa tombak. Yang dibawa dengan cara demikian hanya khusus Kujang Pangarak, karena memiliki tangkai panjang.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Dijinjing; yaitu dengan cara ditenteng, dipegang tangkainya. Kujang yang dibawa dengan cara ini hanya Kujang pamangkas, sebab kujang ini tidak memakai sarung (kowak) alias telanjang.</span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /><b>CARA MENGGUNAKAN KUJANG</b><br />
Tersebar berita, bahwa cara menggunakan kujang konon dengan cara
dijepit ekornya (paksi-nya) yang telanjang tanpa “ganja” (tangkai)
menggunakan ibu jari kaki. Sedangkan cara lain, yaitu dengan dijepit
menggunakan telunjuk dan ibu jari kemudian ditusuk-tusukan ke badan
lawan. Alasan mengapa cara menggunakannya demikian, sebab katanya
kujang memang berupa senjata “telanjang” tanpa tangkai dan tanpa sarung
(kowak).<br /><br />
Jika para Guru Teupa penempa Kujang Pajajaran sengaja membuatnya
demikian, hal itu merupakan pekerjaan tanpa perhitungan. Sebab dilihat
dari bentuk ekor (paksi) kujang yang banyak ditemukan, bentuknya sama
seperti ekor senjata tajam lainnya yang lazim memakai gagang (tangkai)
seperti golok, arit, pisau, dsb. Dengan cara menggunakannya seperti
diutarakan tadi, sedikitnya ia akan terluka jari jemari kakinya ataupun
jari jemari tangannya. Lain halnya jika bentuk ekornya tadi dibuat
sedemikian rupa sehingga mudah untuk dijepit dengan jari jemarinya. </span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Tahoma; font-size: small;">PEMILIK KUJANG</span></b><span style="font-size: small;"><br />
pada zaman Kerajaan Pajajaran masih berdiri, senjata kujang hanya boleh
dimiliki oleh orang-orang atau kelompok-kelompok tertentu berdasarkan
status sosialnya dalam masyarakat, seperti: raja, prabu anom (putera
mahkota), golongan pangiwa, golongan panengen, golongan agama, para
puteri serta kaum wanita tertentu, dan para kokolot. Sedangkan bagi
rakyat kebanyakan, hanya boleh mempergunakan senjata tradisional atau
pakakas, seperti golok, congkrang, sunduk, dan kujang yang fungsinya
hanya digunakan untuk bertani dan berladang.<br /><br />
Setiap orang atau golongan tersebut memiliki kujang yang jenis, bentuk
dan bahannya tidak boleh sama. Misalnya, kujang ciung yang bermata
sembilan buah hanya dimiliki oleh Raja, kujang ciung bermata tujuh buah
hanya dimiliki oleh Mantri Dangka dan Prabu Anom, dan kujang ciung yang
bermata lima buah hanya boleh dimiliki oleh Girang Seurat, Bupati
Pamingkis dan Bupati Pakuan. Selain oleh ketiga golongan tersebut,
kujang ciung juga dimiliki oleh para tokoh agama. Misalnya, kujang
ciung bermata tujuh buah hanya dimiliki oleh para pandita atau ahli
agama, kujang ciung bermata lima buah dimiliki oleh para Geurang Puun,
kujang ciung bermata tiga buah dimiliki oleh para Guru Tangtu Agama,
dan kujang ciung bermata satu buah dimiliki oleh Pangwereg Agama.
Sebagai catatan, para Pandita ini sebenarnya memiliki jenis kujang
khusus yang bertangkai panjang dan disebut kujang pangarak. Kujang
pangarak umumnya digunakan dalam upacara-upacara keagamaan, seperti
upacara bakti arakan dan upacara kuwera bakti sebagai pusaka pengayom
kesentosaan seluruh negeri.<br /><br />
Begitu pula dengan jenis-jenis kujang yang lainnya, seperti misalnya
kujang jago, hanya boleh dimiliki oleh orang yang mempunyai status
setingkat Bupati, Lugulu, dan Sambilan. Jenis kujang kuntul hanya
dipergunakan oleh para Patih (Patih Puri, Patih Taman, Patih Tangtu,
Patih Jaba, dan Patih Palaju) dan Mantri (Mantri Majeuti, Mantri
Paseban, Mantri Layar, Mantri Karang, dan Mantri Jero). Jenis kujang
bangkong dipergunakan atau dibawa oleh Guru Sekar, Guru Tangtu, Guru
Alas, dan Guru Cucuk. Jenis kujang naga dipergunakan oleh para Kanduru,
Para Jaro (Jaro Awara, Jaro Tangtu, dan Jaro Gambangan). Dan, kujang
badak dipergunakan oleh para Pangwereg, Pamatang, Panglongok, Palayang,
Pangwelah, Baresan, Parajurit, Paratutup, Sarawarsa, dan Kokolot.<br /><br />
Sedangkan, kepemilikan kujang bagi kelompok wanita menak (bangsawan)
dan golongan wanita yang mempunyai tugas dan fungsi tertentu, misalnya
Putri Raja, Putri Kabupatian, Ambu Sukla, Guru Sukla, Ambu Geurang,
Guru Aes, dan para Sukla Mayang (Dayang Kabupatian), kujang yang
dipergunakan adalah kujang ciung dan kujang kuntul. Sementara untuk
kaum perempuan yang bukan termasuk golongan bangsawan, biasanya mereka
mempergunakan senjata yang disebut kudi. Senjata kudi ini berbahan besi
baja, bentuk kedua sisinya sama, bergerigi dan ukurannya sama dengan
kujang bikang (kujang yang dipergunakan wanita) yang langsing dengan
ukuran panjang kira-kira satu jengkal (termasuk tangkainya).</span>
<b><span style="font-family: Impact; font-size: small;">JENIS KUJANG DAN PEMEGANGNYA</span></b><span style="font-size: small;"><br /><br />
KUJANG CIUNG Mata 9<br />
- Pegangan Raja-raja Sunda<br />
- Brahmesta(Pandita Agung)<br /><br />
KUJANG CIUNG mata 7<br />
- Prabu Anom<br />
- Mantri Dangka<br />
- Pandita<br /><br />
KUJANG CIUNG mata 5<br />
- Geurang Serat<br />
- Bupati<br />
- Geurang Puun<br /><br />
KUJANG CIUNG mata 5 Wesi Kuning<br />
- Para Putri Menak Pakuan<br /><br />
KUJANG CIUNG mata 3<br />
- Para Puun<br /><br />
KUJANG CIUNG mata 1<br />
- Guru Tangtu Agama<br />
- Pangwereg Agama<br /><br />
KUJANG JAGO mata 4<br />
- Para Balapati<br />
- Para Lulugu<br />
- Para Sambilan<br /><br />
KUJANG KUNTUL mata 4<br />
- Para Patih<br /><br />
KUJANG BANGKONG<br />
- Guru Sekar, Guru Tangtu, Guru Teupa, Guru Cucuk, Guru Alas, jsb<br /><br />
KUJANG NAGA<br />
- Para Kanduru<br />
- Para Jaro<br /><br />
KUJANG BADAK<br />
-Pangwereg, Pamatang, Palongok, Palayang, Bareusan, Parajurit, Pangwelah, Paratulup, Pangawin, Kokolot, Sarawarsa.</span>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>Sumber:</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li><span style="font-size: small;">http://id.wikipedia.org/wiki/Hyang</span></li>
<li><span style="font-size: small;">http://id.wikipedia.org/wiki/Kudi</span></li>
<li><span style="font-size: small;">http://id.wikipedia.org/wiki/Kujang</span></li>
<li><span style="font-size: small;">http://www.kaskus.us/showthread.php?t=10318687</span></li>
<li>Nandang. 2004. Senjata Tradisional Jawa Barat. Bandung: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung</li>
<li>wahyukujang.wordpress.com</li>
<li>budi "DALTON" art.
</li>
</ul>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-30388169666683841572011-12-28T10:32:00.000+07:002012-01-01T22:55:28.855+07:00Struktural Fungsionalisme dan Strukturalisme Levi – Staruss<div style="text-align: justify;">
Mahzab strukturalisme yang berkembang, bermula dari konsep Linguistik Struktural yang dikembangkan oleh Saussure. Menurutnya, bahasa sebagai sebuah sistem tanda harus dilihat ke dalam tahapan tunggal sementara (single temporal plane). Saussure membedakan tiga jenis bahasa dalam konsepnya, yaitu Signifier – Signified, Arbitrer, dan Differences. Signifier dan Signified berbeda satu sama lain. Signifier adalah petanda, bisa dipahami karena adanya signified. Sedangkan signified adalah penanda, apapun yang ditangkap oleh panca indera. Misalnya saja MACAN, bunyi M-A-C-A-N dan konsep MACAN adalah hal yang berbeda. Bunyi M-A-C-A-N adalah signifier, sedangkan konsep MACAN adalah signified. Ketika bunyi M-A-C-A-N dilontarkan maka konsep MACAN yang terwujudkan dengan bentuk macan itu sendiri akan muncul. Dengan demikian maka kata macan selalu merepresentasikan macan yang ideal. Arbitrer adalah sembarang. M-A-C-A-N bisa menjadi konsep MACAN, tidak ada sebab khusus bahwa tulisan macan menandakan konsep macan. Bunyi macan yang menggambarkan seekor macan, tidak ada sebab khusus antara macan sebagai bunyi bahasa dan macan sesungguhnya. Semuanya adalah sembarang, tidak memiliki sebab khusus. Difference adalah perbedaan. Bahasa dibentuk berdasarkan rantai perbedaan-perbedaan yang membentuk jaringan. Konsep “macan” ada karena hubungannya dengan konsep “non-macan”, misalnya, harimau, serigala, ayam, dll. Perbedaan inilah yang menjadi elemen dasar struktur pembentukan bahasa. Bahasa diaggap sebagai alat representasi ideal. Sebagai pemakai bahasa—terlepas dari kemampuan alat artikulasi mencipta bunyi—kita tunduk pada struktur jaringan tersebut (differences yang membentuk grammar). Kita tidak menciptakan bahasa, melainkan bahasa menciptakan kita. “Language that speaks us” (Heidegger). Kemudian strukturalisme yang dikembangkan oleh Lévi-Strauss adalah beberapa konsep cara berpikir akal manusia yang dianggapnya elementer dan yang karena itu bersifat universal (Koentjaraningrat, 1987: 233). Dalam melihat struktur bahasa, Strauss tetap menggunakan metode linguistik Saussure untuk menginvestigasikan kebudayaan. Kebudayaan bisa direduksi ke dalam bentuk oposisi biner (0-1). Maksudnya adalah adanya elaborasi dari differences, hubungan hirarkis dengan prinsip umum 0-1, pemahaman bahwa 0-1 selalu bersifat berlawanan dan beroposisi, serta relasi antara 0 dan 1 bersifat natural, stabil, dan objektif. Strukturalisme disini bersifat anti-humanis, untuk memahami struktur, manusia sebagai subjek harus dipisahkan secara radikal dari kebudayaan. Tugas antropologi struktural disini adalah untuk melakukan investigasi terhadap deep structure. Misalnya dalam menganalogikan orkes simfoni. Seorang struktural-fungsionalis akan datang ke konser musik dan tertarik pada peranan-peranan dan status-status yang membentuk organisasi sosial orkes simfoni. Kemudian dia akan meminta partitur dan menginvestigasi deep structure lewat susunan nada, aransemen sebagai fakta “matematis”, oposisi biner yang objektif. Sedangkan post-stukturalisme muncul sebagai reaksi atau pisau dari strukturalisme yang sinkronis dan anti-humanistis. Hal itu dilakukan dengan cara mengembalikan dimensi subjek dan waktu dalam mengalami struktur. Tokoh utama yang paling berpengaruh pada era kritik strukturalisme adalah seorang filsuf perancis Jacques Derrida. Selain itu, ahli teori kebudayaan Michael Foucault juga berperan penting dalam kemunculan post strukturalisme. Derrida mengkategorikan lima hal dalam melihat struktur di masyarakat, yaitu Différance, Différance dan lokasi makna, Deconstruction, Truth, dan Identity. Différance adalah suatu proses bersamaan antara membedakan (differ); dan menunda (defferal) dalam mengerti meaning. Teks (dalam artian harafiah) menjadi fokus utama karena merupakan elemen satu-satunya yang memiliki makna sendiri dan stabil. Di luar teks, pemahaman akan makna kita terbentuk oleh proses Différance yang membuat multiple meanings, dan (makna) tidak stabil. Différance dan lokasi makna. Derrida setuju bahwa makna hadir karena chain of differences, (Saussure), tapi pemaknaan manusia (sebagai speaking subject) selalu mengalami penundaan (defer). Akibatnya pemaknaan tidak pernah sampai ke pendengar secara sempurna. Lalu, konsekuensinya adalah relasi signifier-signified tidak pernah stabil. Jika menurut Saussure, makna berada di luar kata (signifier) yaitu dalam alam konseptual dan merupakan hasil konvensi kebahasaan. Namun, menurut Derrid, makna “yang sesungguhnya” berada dalam kata (bersenyawa). Manusia memperoleh makna teks secara “aksidental” sebagai sesuatu yang ambigu, dan multiple meanings (akibat defferal). Pemaknaan adalah proses yang terjadi di jembatan antara 0 dan 1. Deconstruction. Sebuah makna tidak pernah sempurna (floating), oleh karena itu konstruksi deep structure selalu bersifat labil, ambigu dan temporer. Satu-satunya yang “tersisa” adalah kata sebagai unit terkecil yang mendefinisikan diri sendiri (self-defined). Dekonstruksi membuka kemungkinan baru dalam peristiwa relasi self – other yang tidak dibahas strukturalisme, yaitu proses. Truth adalah kebenaran. Truth dilihat sebagai konstruksi yang bisa dibongkar karena kebenaran hakiki (the ultimate truth) hanya ada dalam alam teks dalam arti harfiah. Kebenaran disini tidaklah bersifat kekal, melainkan temporer, ambigu, dan mengandung banyak arti dan makna. Identity adalah tinjauan kritis terhadap konstruksi dan dekonstruksi sampai pada kategori sosial terkecil yaitu identitas sosial. Identitas tidak lagi dipandang sebagai kategori sosial yang mapan (fixed), tapi selalu berada dalam wilayah “in-between” yang “ambigu” (antara 0 dan 1, self-other). Maka bisa saja saling bertentangan, saling berkompetisi, bisa tersembunyi sebagai residu untuk kemudian muncul sebagai sesuatu yang lain. Batas antara identitas adalah hasil difference, tapi mekanisme oposisi biner. Self-Other, Us-We, Inside-Outside bisa sangat subjektif dan seringkali tergantung pada Power. Maka studi-studi identitas marginal menjadi terkuak, seperti black people, gay, transvestites, asylum seekers, refugees, borderlanders, post-colonial subjects, diasporic culture. Kemudian faucoult muncul atas reaksi terhadap strukturalisme Saussure yang menekankan pada relasi-relasi difference dalam sistem bahasa untuk memahami tanda. Menurutnya, sejarah yang membentuk umat manusia bukan terbangun oleh relasi-relasi difference kebahasaan, melainkan relasi-relasi antar power dalam arus sejarah. Ada banyak hal yang dapat berguna bagi antropolog yang menggunakan mahzab post-strukturalisme untuk mempelajari kebudayaan. Antropolog akan melihat bahwa pemahaman akan sebuah bahasa adalah hal yang penting. Dia tidak bisa menganggap sebuah kata yang dimengerti itu dapat dimengerti dengan konsep yang sama oleh orang lain. Proses yang terjadi di dalam pemaknaan sebuah kata juga akan diperhitungkan, tidak semuanya dapat diterima dengan mudahnya. Antropolog juga harus mengembalikan dimensi subjek dan waktu dalam mengalami dan memahami struktur. Manusia, sebagai subjek, dianggap sebagai hal yang penting dalam memahami sebuah struktur, serta waktu yang terjadi didalamnya, atau sejarah. Dalam memahami sebuah struktur, antropolog juga tidak boleh menghilangkan kebenaran. Di setiap penelitiannya, tidak semua hal yang dikatakan dan dilihat pada waktu yang singkat dapat dianggap benar karena kebenaran itu temporer. Kemudian pembentukan identitas yang berlaku di masyarakat juga dipengaruhi oleh sebuah ‘power’. Power ini lah yang membentuk dan mengkonstruksi identitas yang berlaku di masyarakat. Oleh sebab itu, antropolog harus melihat struktur dari berbagai lapisan. Tidak hanya dari satu lapisan yang memiliki power dan menjadi dominan. Madzhab ini akan lebih membuat seorang antropolog dapat lebih mudah menggambarkan dan mengerti akan sebuah kebudayaan, dan kebudayaan itu bersifat benar, tidak ada unsur yang dihilangkan karena banyak kemungkinan yang terjadi dapat diperhitungkan. Kebudayaan itu bersifat kompleks, maka madzhab ini lah yang dapat menginterpretasikannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber:</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://antropologiui.wordpress.com/2011/06/04/struktural-fungsionalisme-dan-strukturalisme-levi-%E2%80%93-staruss-2/">Sri Fitri Ana</a>, Antroplogi, Universitas Indonesia</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-50722962223871940442011-12-28T09:52:00.001+07:002011-12-28T09:52:29.584+07:00Rancangan Penelitian Etnografi menurut Creswell<div style="text-align: justify;">
Rancangan penelitian etnografi menurut Creswell (2003) yaitu setelah
menentukan jenis pendekatan penelitian (kualitatif, kuantitatif, atau
metode campuran) langkah selanjutnya adalah merancang atau merencanakan
penelitan. Langkah ini diawali dengan membuat pendahuluan proposal
sebagai proses mengatur dan menulis gagasan awal. Peneliti perlu
menerapkan model diferensiasi ketika menulis pendahuluan karena
komponen-komponen utama dalam pendahuluan adalah menunjukan
diferensiasi-diferensiasi dalam penelitian-penelitian sebelumnya.</div>
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tujuan pendahuluan adalah membangun kerangka penelitian sehingga
pembaca dapat memahami bagaimana penelitian tersebut berhubungan dengan
penelitian-penelitian yang lain. Pendahuluan menjelaskan suatu isu yang
dapat menuntun pada penelitian. Pendahuluan harus membuat pembaca
tertarik pada topik penelitian, menjabarkan masalah yang dapat menuntun
pada penelitian, meletakan penelitian dalam konteks yang lebih luas,
dan menjangkau audien tertentu.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah penelitan merupakan masalah atau isu yang menuntun pada
keharusan dilaksanakannya penelitan tersebut. Masalah bisa timbul dari
berbagai sumber. Bisa dari perasaan peneliti, dari perdebatan,
literatur-literatur, atau dari kebijakan pemerintahan. Masalah bisa
sangat beragam. Peneliti harus jelas melakukan identifkasi masalah
penelitian.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pendahuluan pada umumnya selalu mengikuti pola yang sama, yaitu:
menyatakan rumusan masalah, lalu menjustifikasi mengapa masalah
tersebut perlu diteliti. Pada proyek kualitatif, peneliti
mendeskripsikan masalah penelitian yang benar-benar mudah dipahami
dengan cara mengeksplorasi suatu konsep atau fenomena tertentu.
Penelitian kualitatif bersifat eksploratoris, dan peneliti memanfaatkan
pendahuluan untuk mengeksplorasi suatu topik yang tidak bisa
diidentifikasi variable-variabel ataupun teorinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Penelitian kualitatif juga fokus pada perspektif partisipan.
Pendahuluan kualitatif bisa dimulai dengan pernyataan-pernyataan
personal dari peneliti tentang pengalama pribadi memandang suatu
fenomena secara subtansial seperti pada penelitian fenomenologis
(Moustakas, 1994).</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Metode campuran dapat memilih untuk lebih mengutamakan pendekatan
kualitatif atau kuantitatif (atau dikombinasikan keduanya dalam
pendahuluan). Namun dari ketiga jenis penelitan tersebut komponen utama
yang perlu dimasukan ke dalam pendahuluan pada umumnya berhubungan
dengan jenis-jenis masalah yang dibahas. Untuk itu diperlukan suatu
model ilustratif tentang bagaimana pendahuluan yang baik tanpa perlu
memandang pendekatan-pendekatan dan komponen-komponen yang harus
disertakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Model diferensiasi pendahuluan terdiri dari masalah penelitian,
penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas masalah tersebut,
kekurangan-kekurangan <em>(difisiencies)</em> dalam penelitian-penelitan sebelumnya, pentingnya penelitian untuk audiens tertentu, dan tujuan penelitan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Peneliti harus memandang literatur dengan pola segitiga terbalik.
Pada ujung segitiga itu terdapat penelitian yang diajukan. Penelitian
ini haruslah sempit dan terfokus. Setelah menjabarkan masalah
penelitian dan mereview sejumlah penelitian lain yang relevan, peneliti
kemudian mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam
penelitian tersebut. Identifikasi semacam ini sering dikenal dengan
istilah model difisiensi. Peneliti hendaknya menulis alasan atau
rasionalisasi tentang pentingnya penelitian yang diajukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Locke (2007:9), tujuan penelitian berarti menunjukan
“mengapa ingin melakukan penelitian dan apa yang ingin dicapai.”
Dikenal dengan tujuan-tujuan penelitian karena ia menggambarkan
tujuan-tujuan dilakukannya penelitian dalam satu atau beberapa kalimat.
Dalam proposal peneliti haruslah membedakan secara jelas antara tujuan
penelitian, masalah penelitian, dan rumusan masalah. Tujuan penelitian
mengindikasikan maksud penelitian, dan bukan masalah atau isu yang
dapat menuntun pada keharusan diadakannya penelitian. Tujuan penelitian
bukanlah rumusan masalah penelitian yang didalamnya mengandung sejumlah
pertanyaan-pertanyaan yang akan terjawab dalam penelitian. Tujuan
penelitian adalah kumpula pernyataan yang menjelaskan sasaran,
maksud-maksud, atau gagasan-gagasan umum diadakanya suatu penelitian.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya mencakup informasi tentang
fenomena utama yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipasi
penelitian, dan lokasi penelitian. Tujuan penelitan kualitatif juga
bisa menyatakan rancangan penelitian yang dipilih. Tujuan penelitian
kuantitatif meliputi variable-variabel dalam penelitian dan hubungannya
antar variabel tersebut, para partisipan dan lokasi penelitan. Tinjauan
ini ditulis dengan bahasa-bahasa yang berhubungan dengan penelitian
kualitatif. Pada uraian tujuan penelitian harus menunjukan variable
bebas dan variable terikat, serta variable lain (antara) seperti <em>mediate, moderate</em>, atau <em>control</em>,
yang digunakan dalam penelitian. Sebutkan juga jenis strategi
penelitian seperti survei atau eksperimen. Jangan lupa juga untuk
mendefinisikan variable-variabel kunci.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tujuan metode campuran berisi tujuan penelitian secara keseluruhan,
informasi mengenai unsur-unsur penelitan kuantitatif dan kualitatif,
dan alasan rasionalisasi mencampur dua unsur tersebut untuk masalah
penelitian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam penelitian kualitatif, peneliti menyatakan rumusan masalah,
bukan sasaran penelitian (seperti hasil-hasil akhir yang ingin
diperoleh dalam penelitian) ataupun hipotesis-hipotesis. Rumusan
masalah untuk penelitian kualitatif mengandaikan dua bentuk: satu
rumusan masalah utama dan beberapa subrumusan masalah spesifik. Rumusan
masalah utama merupakan pertanyaan-pertanyaan umum tentang konsep atau
fenomena yang diteliti. Penelitian kualitatif bertujuan untuk
mengeksplorasi faktor-faktor kompleks yang berada di sekitar fenomena
utama dan menyajikan perspektif-perspektif atau makna-makna yang
beragam dari para partisipan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Teori dalam penelitian kualitatif menggunakan teori dalam penelitian
untuk tujuan-tujuan yang berbeda. Pertama dalam penelitian kualitatif
teori sering kali digunakan sebagai penjelasan atas perilaku dan
sikap-sikap tertentu. Kedua peneliti kualitatif seringkali menggunakan
perspektif teoritis sebagai panduan umum untuk meneliti misalnya <em>gender</em>
atau kelas. Ketiga teori seringkali digunakan sebagai poin akhir
penelitian pada penelitian kualitatif. Keempat, beberapa penelitian
kualitatif tidak menggunakan teori yang terlalu eksplisit.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: </div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://antropologiui.wordpress.com/2011/06/01/rancangan-penelitian-etnografi-menurut-creswell/">Sri Fitri Ana</a>, Antropologi, Universitas Indonesia</div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-2550167584609327282011-12-28T09:40:00.001+07:002011-12-28T09:41:39.608+07:00Etnografi<div style="text-align: justify;">
Ethnografi adalah sebuah ilmu yang mempelajari perilaku kebudayaan. Holistik adalah kata kunci dalam ilmu ini. Dengan demikian, peneliti tidak hanya tertarik pada satu bidang masalah saja karena setiap perilaku manusia akan memiliki keterkaitan, latar belakang dengan hal-hal lainnya.Penelitian diawali dengan prasangka terhadap perilaku sebuah komunitas. Teori dan hipotesis digunakan sebagai dasar dari pemuatan prasangka. Kegunaannya adalah sebagai batasan agar prasangka peneliti tidak terlalu luas tetapi menjurus pada hal yang lebih spesifik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Teori sendiri memiliki beberapa definisi, tetapi pada intinya teori merupakan sesuatu yang empiris. Hipotesis adalah pernyataan dari beberapa prediksi yang diyakini kebenarannya dari asumsi-asumsi yang ada. Asumsi-asumsi dihubungkan dengan teori yang ada apakah relevan atau tidak. Hipotesis merupakan hubungan antar variabel. Variabel dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan yang diberikan pada informan melalui kuesioner, tes psikologi, sensus, atau games yang dilakukan dalam laboratorium. Kelompok atau grup yang akan diteliti harus diidentifikasi terlebih dahulu sebagai subjek penelitian. Dalam memilih subjek penelitian, menentukan sampel dapat dilakukan dengan teknik random atau bukan random.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian etnografi adalah kualitatif dengan menggunakan teknik observasi partisipan. Teknik ini memaksa peneliti untuk bergaul dengan komunitas. Agak lama memang jangka waktu yang digunakan dalam teknik ini karena peneliti harus dapat mengetahui pola pikir komunitas tersebut. Walaupun demikian, hal tersebut tergantung dari kepekaan peneliti terhadap obyek yang ditelitinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
ntinya, seorang etnografer dalam melakukan penelitian etnografi melihat masyarakat dan membandingkannya dengan konteks tertentu, kemudian membuat hipotesis berdasarkan teori yang dipakai dengan sebelumnya mengujicobakan hipotesis tersebut, apakah sesuai atau tidak, dan kemudian terjun lapangan dengan ikut terlibat sebagai bagian dari partisipan penelitian, serta dalam penulisannya dengan menggunakan analisis holistic perspective yang bersifat menyeluruh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber:</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://antropologiui.wordpress.com/2011/06/01/ethnography/">Sri Fitri Ana</a>, Antropologi, Universitas Indonesia</div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-50314911400891474792011-12-27T21:43:00.000+07:002011-12-27T21:43:53.754+07:00Tanaman Obat Keluarga<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CD4NU%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CD4NU%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CD4NU%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link>
<m:smallfrac m:val="off">
<m:dispdef>
<m:lmargin m:val="0">
<m:rmargin m:val="0">
<m:defjc m:val="centerGroup">
<m:wrapindent m:val="1440">
<m:intlim m:val="subSup">
<m:narylim m:val="undOvr">
</m:narylim></m:intlim>
</m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:40711400;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1489469574 1359102364 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:24.75pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:115951000;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:976654234 -615897326 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;}
@list l1:level1
{mso-level-start-at:8;
mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:42.0pt;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Symbol;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
@list l2
{mso-list-id:744767369;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1605165536 1359102364 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l2:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:24.75pt;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style>
</m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<b>Pengertian
TOGA<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Toga adalah singkatan dari tanaman obat keluarga.
Tanaman obat keluarga pada hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah,
kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang
berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan
obat-obatan. Kebun tanaman obat atau bahan obat dan selanjutnya dapat
disalurkan kepada masyarakat , khususnya obat yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<b>Pemanfaatan
Tanaman Obat<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Sejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah
diciptakan pula alam sekitarnya mulai dari sejak itu pula manusia mulai mencoba
memanfaatkan alam sekitarnya untuk memenuhi keperluan alam bagi kehidupannya,
termasuk keperluan obat-obatan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan obat-obatan asal bahan alam
tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam
khususnya tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan
upaya-upaya kesehatan masyarakat.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Pemanfaatan TOGA yang digunakan untuk pengobatan
gangguan kesehatan keluarga menurut gejala umum adalah:</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
1. Demam
panas</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
2. Batuk</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
3. Sakit
perut</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
4.
Gatal-gatal</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<b>Jenis-jenis
Tanaman Untuk TOGA<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Jenis tanaman yang harus dibudidayakan untuk
tanaman obat keluarga adalah jenis-jenis tanaman yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 24.75pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span>Jenis tanaman disebutkan dalam buku pemanfaatan
tanaman obat.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 24.75pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span>Jenis tanaman yang lazim digunakan sebagai obat
didaerah pemukiman.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 24.75pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span>Jenis tanaman yang dapat tumbuh dan hidup dengan
baik di daerah pemukiman.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 24.75pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span>Jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan lain misalnya: buah-buahan dan bumbu masak</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 24.75pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span>Jenis tanaman yang hampir punah</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 24.75pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span>Jenis tanaman yang masih liar</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 24.75pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span>Jenis tanaman obat yang disebutkan dalam buku
pemanfaatan tanaman adalah tanaman yang sudah lazim di tanam di pekarangan
rumah atau tumbuh di daerah pemukiman.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<b>Fungsi Toga<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Salah satu fungsi Toga adalah sebagai sarana untuk
mendekatkan tanaman obat kepada upaya-upaya kesehatan masyarakat yang antara
lain meliputi:</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
1. Upaya
preventif (pencegahan)</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
2. Upaya
promotif (meniungkatkan derajat kesehatan)</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
3. Upaya
kuratif (penyembuhan penyakit)</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Selain fungsi diatas ada juga fungsi lainnya yaitu:</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 24.75pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span>Sarana untuk memperbaiki status gizi masyarakat,
sebab banyak tanaman obat yang dikenal sebagai tanaman penghasil buah-buahan
atau sayur-sayuran misalnya lobak, saledri, pepaya dan lain-lain.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 24.75pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span>Sarana untuk pelestarian alam.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 24.75pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span>Apabila pembuatan tanaman obat alam tidak
diikuti dengan upaya-upaya pembudidayaannya kembali, maka sumber bahan obat
alam itu terutama tumbuh-tumbuhan akan mengalami kepunahan.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 24.75pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span>Sarana penyebaran gerakan penghijauan.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 24.75pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span>Untuk menghijaukan bukit-bukit yang saat ini
mengalami penggundulan, dapat dianjurkan penyebarluasan penanaman tanaman obat
yang berbentuk pohon-pahon misalnya pohon asam, pohon kedaung, pohon trengguli
dan lain-lain.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 24.75pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span>Sarana untuk pemertaan pendapatan.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 24.75pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span>Toga disamping berfungsi sebagai sarana untuk
menyediakan bahan obat bagi keluarga dapat pula berfungsi sebagai sumber
penghasilan bagi keluarga tersebut.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 24.75pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span>Sarana keindahan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Dengan adanya Toga dan bila di tata dengan baik
maka hal ini akan menghasilkan keindahan bagi orang/masyarakat yang ada
disekitarnya. Untuk menghasilkan keindahan diperlukan perawatan terhadap
tanaman yang di tanam terutama yang ditanam di pekarangan rumah.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<b>PETUNJUK
PENGGUNAAN TANAMAN OBAT<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Dalam menggunakan tumbuhan obat, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan sehingga hasil pengobatan yang maksima. Bacalah dengan
seksama semua petunjuk seputar timbuhan obat di bawah ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
1. A.
WAKTU PENGUMPULAN</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Guna
mendapatkan bahan yang terbaik dari tumbuhan obat, perlu diperhatikan saat-saat
pengumpulan atau pemetikan bahan berkhasiat.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Berikut
ini pedoman waktu pengumpulan bahan obat secara umum.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span>Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan
sebelum buah menjadi masak.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span>Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah
mekar.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span>Buah dipetik dalam keadaan masak.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span>Biji dikumpulkan dari buah yan g masak sempurna.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span>Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber), dan umbi
lapis (bulbus) dikumpulkan sewaktu proses tumbuhan berhenti.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
2.
PENCUCIAN DAN PENGERINGAN</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Bahan
obat yang sudah dikumpulkan segera dicuci bersih, sebaiknya dengan air yang
mengalir. Setelah bersih, dapat segera dimanfaatkan bila diperlukan pemakaian
yang bahan segar. Namun, bisa pula dikeringkan untuk disimpan dan digunakan
bila sewaktu-waktu dibutuhkan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mengcegah
pembusukan oleh cendawan atau bakteri. Dengan demikian, bahan dapat disimpan
lebih lama dalam stoples atau wadah yang tertutup rapat. Bahan kering juga
mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Berikut
ini cara mengeringkan bahan obat :</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span>Bahan berukuran besar dan banyak mengandung air
dapat dipotong-potong seperlunya terlebih dahulu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span>Pengeringan bisa langsung dibawah sinar
matahari, atau memakai pelindung seperti kawat halus jika menghendaki
pengeringan yang tidak terlalu cepat.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 42pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;">
</span></span>Pengeringan bisa juga dilakukan dengan
mengangin-anginkan bahan ditempat yang teduh atau di dalam ruang pengering yang
aliran udaranya baik.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
3. SIFAT
DAN CITA RASA</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Didalam
Traditional Chinese Pharmacology dikenal 4 macam sifat dan 5 macam cira rasa
tumbuhan obat, yang merupakan bagian dari cara pengobatan tradisional timur.
Adapun keempat macam sifat tumbuhan obat itu ialah dingin, panas, hangat, dan
sejuk. Tumbuhan obat yang sifatnya panas dan hangat dipakai untuk pengobatan
sindroma dingin, seperti pasien yang takut dingin, tangan dan kaki dingin,
lidah pucat atau nadi lambat. Tumbuhan obat yang bersifat dingin dan sejuk
digunakan untuk pengobatan sindroma panas, seperti demam, rasa haus, warna
kencing kuning tua, lidah merah atau denyut nadi cepat.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Lima
macam cita rasa dari tumbuhan obat ialah pedas, manis, asam, pahit, dan asin.
Cita rasa ini digunakan untuk tujuan tertentu karena selain berhubungan dengan
organ tubuh, juga mempunyai khasiat dan kegunaan tersendiri. Misalnya rasa
pedas mempunyai sifat menyebar dan merangsang. Rasa manis berkhasiat tonik dan
menyejukan. Rasa asam berkhasiat mengawetkan dan pengelat. Rasa pahit dapat
mengilangkan panas dan lembab. Sementara rasa asin melunakkan dan sebagai
pencahar. Kadang-kadang ada juga yang menambahkan cita rasa yang keenam, yaitu
netral atau tawar yang berkhasiat sebagai peluruh kencing.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
4. CARA
MEREBUS RAMUAN OBAT</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Perebusan umumnya dilakukan dalam pot tanah, pot keramik, atau panic
email,. Pot keramik dapat dibeli di took obat tradisional Tionghoa. Panic dari
besi, alumunium atau kuningan sebaiknya tidak digunakan untuk merebus. Hal ini
diingatkan karena bahan tersebut dapat menimbulkan endapan, konsentrasi larutan
obat yang rendah, terbentuknya racun atau menimbulkan efek samping akibat
terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Gunakan
air yang bersih untuk merebus. Sebaiknya digunakan air tawar, kecuali
ditentukan lain. Cara merebus bahan sebagai berikut. Bahan dimasukkan ke dalam
pot tanah. Masukkan air sampai bahan terendam seluruhnya dan permukaan air
sekitar 30 mm diatasnya. Perebusan dimulai bila air telah meresap kedalam bahan
ramuan obat.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Lakukan
perebusan dengan api sesuai petunjuk pembuatan. Apabila nyala api tidak
ditentukan, biasanya perebusan dilakukan dengan api besar sampai airnya
mendidih. Selanjutnya api dikecilkan untuk mencegah air rebusan meluap atau
terlalu cepat kering. Meski demikian, adakalanya api besar dan api kecil
digunakan sendiri-sendiri sewaktu merebus baha obat. Sebagai contoh, obat yang
berkhasiat tonik umumnya direbus dengan api kecil sehingga zat berkhasiatnya
dapat secara lengkap dikeluarkan dalam air rebusan. Demikian pula tumbuhan obat
yang mengandung racun perlu direbus dengan api yang kecil dalam waktu yang agak
lama, sekitar 3-5 jam untuk mengurangi kadar racunnya. Nyala api yang besar
digunakan untuk ramuan obat yang dimaksudkan agar pendidihan menjadi cepat dan
penguapan berlebih dari zat yang merupakan komponen aktif tumbuhan dapat
dicegah.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
5. WAKTU
MINUM OBAT</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Bila
tidak terdapat petunjuk pemakaian, biasanya obat diminum sebelum makan kecuali
obat tersebut merangsang lambung maka diminum setelah makan. Obat berkhasiat
tonik diminum sewaktu perut kosong, dan obat berkhasiat sedative diminum
sewaktu ingin tidur. Pada penyakit kronis diminum sesuai jadwal secara teratur.
Rebusan obat bisa diminum sesering mungkin sesuai kebutuhan atau diminum
sebagai pengganti teh.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
6. CARA
MINUM OBAT</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Obat
biasanya diminum satu dosis sehari yang dibagi untuk 2-3 kali minum. Umumnya
diminum selagi hangat, terutama untuk pengobatan sindroma luar. Setelah minum
obat, pakailah baju tebal atau tidur berselimut supaya tubuh tetap hangat dan
mudah mengeluarkan keringat.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Untuk
pengobatan sindroma panas, obat diminum dalam keadaan dingin. Sebaliknya untuk
pengobatan sindroma dingin obat diminum dalam keadaan hangat. Obat yang sedikit
toksik, diminum sedikit demi sedikit tetapi sering. Tambahkan dosisnya secara
bertahap sehingga efek pengobatan tercapai.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
7. LAMA
PENGOBATAN</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Tumbuhan obat yang masih berupa simplisia, hasil pengobatannya tampak
lambat, namun sifatnya konstruktif atau membangun. Hal ini berbeda dengan obat
kimiawi yang hasil pengobatannya terlihat cepat namun destruktif. Oleh karena
itu, obat yang berasal dari tumbuhan tidak dianjurkan penggunaannya untuk
penyakit-penyakit infeksi akut. Tumbuhan obat lebih diutamakan untuk memelihara
kesehatan dan pengobatan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan dengan
obat kimiawi, atau memerlukan kombinasi antara obat kimiawi dengan obat dari
tumbuhan berkhasiat.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
Sumber:</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<a href="http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Obat%20Tradisional%20dan%20Tanaman%20Obat%20di%20Indonesia&&nomorurut_artikel=293"><span class="judulartikel">Obat Tradisional dan Tanaman Obat di Indonesia</span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span class="judulartikel"> </span> </div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-67257939706788978522011-12-27T21:06:00.000+07:002011-12-27T21:32:23.487+07:00Metodologi<div style="text-align: justify;">
Metode penelitian terdiri dari 2 jenis, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Metode Kuantitatif</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Metode Kualitatif</div>
<div style="text-align: justify;">
Metode kuantitatif berakar pada paradigma tradisional,positivistik, eksperimental atau empiricist. Metode ini berkembang dari tradisi pemikiran empiris Comte, Mill, Durkeim, Newton dan John Locke. “Gaya” penelitian kuantitatif biasanya mengukur fakta objektif melalui konsep yang diturunkan pada variabel-variabel dan dijabarkan pada indikator-indikator dengan memperhatikan aspek reliabilitas. Penelitian kuantitatif bersifat bebas nilai dan konteks, mempunyai banyak “kasus” dan subjek yang diteliti, sehingga dapat ditampilkan dalam bentuk data statistik yang berarti. Hal penting untuk dicatat di sini adalah, peneliti “terpisah” dari subjek yang ditelitinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Metode kualitatif dipengaruhi oleh paradigma naturalistik-interpretatif Weberian, perspektif post-positivistik kelompok teori kritis serta post-modernisme seperti dikembangkan oleh Baudrillard, Lyotard, dan Derrida (Cresswell, 1994).</div>
<div style="text-align: justify;">
penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Antropologi erat kaitannya dengan metode penelitian kualitatif. terdapat lima jenis metode penelitian kualitatif yang banyak dipergunakan, yaitu: (1)
observasi terlibat; (2) analisa percakapan; (3) analisa wacana; (4) analisa isi; dan (5) pengambilan data ethnografis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Konsep “penteorian metode kualitatif” merujuk pada keterjalinan antara teori dengan metode. Dalam konteks ini, teori dan metode dilihat sebagai dua hal yang tidak
dapat dipisahkan (insparable). Bentuk paling klasik “penteorian” metode dapat
ditemukan dalam tradisi interaksionisme simbolik.</div>
<br />
<b>Sumber:</b><br />
<ul>
<li>Gumilar Rusliwa Somantri, Memahami Metode Kualitatif. dalam Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9, No. 2, Desember 2005 : 57-65. Depok: FISIP-UI</li>
<li>Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. California: Sage Publications, Inc.
</li>
</ul>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-47882255665309155092011-12-27T20:37:00.000+07:002011-12-27T20:37:38.260+07:00Peralatan dan Perlengkapan<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Peralatan dan perlengkapan hidup dbuat atas dasar pengetahuan yang dimiliki manusia. Sistem pengetahuan tersebut dinamakan teknologi. J.J.Honigman dalam “ The world of man “, mengatakan bahwa teknologi adalah segala tindakan baku yang digunakan manusia untuk mengubah alam, termasuk tubuhnya sendiri, tubuh orang lain</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Teknologi adalah cara manusia membuat, memakai, memelihara seluruh peralatannya, bahkan bertindak selama hidupnya.
Munculnya teknologi disebabkan karena manusia berupaya melaksanakan matapencaharian hidupnya, mengorganisasi masyarakatnya, mengekspresikan rasa keindahan dalam memproduksi hasil-hasil keseniannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Teknologi bermula dari hal-hal yang sederhana, menciptakan sesuatu untuk mengatasi persoalan yang ada pada kehidupan sehari-hari misalnya pembuatan makanan,,pembuatan pakaian , pembuatan rumah, pembuatan jalan. Teknologi kemudian berkembang kepada hal-hal yang lebih rumit dan komplek. Dengan demikian diperlukan tingkat teknologi yang lebih tinggi..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Teknologi berasal dari kata "teknik". Masyarakat memiliki teknik tersendiri dalam membuat atau memproduksi suatu alat sehingga ada kekhasan atas ciri teknik dari alat yang dibuat oleh masyarakat tersebut. Menurut Sastrapratedja, fenomena teknik pada masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :</span></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li><span style="font-size: small;">
Rasionalitas artinya teknik selalu bertindak sesuai rencana dengan perhitungan rasional.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Artifisialitas artinya selalu membuat sesuatu yang tidak alamiah</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Otomatisme artinya dalam organisasi dan rumusan dilaksanakan secara
otomatis. Selain itu juga mampu merubah kegiatan non teknis menjadi
kegiatan teknis.</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Teknik berkembang pada suatu kebudayaan </span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Monisme artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Universalisme artinya mampu melampaui batas-batas kebudayaan dan ideology, bahkan dapat menguasai kebudayaan</span></li>
<li><span style="font-size: small;">
Otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri</span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Sumber:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">http://muslikhatun-antropologi.blogspot.com/2010/11/ilmu-pengetahuan-dan-teknologi.html</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-47616331285872884632011-12-27T14:31:00.000+07:002011-12-27T14:31:27.152+07:00seni Rupa<div style="text-align: justify;">
<b>PENGERTIAN</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Seni tradisional yang ada di suatu daerah berbeda dengan yang ada di daerah lain, meski pun tidak menutup kemungkinan adanya seni tradisional yang mirip antara dua daerah yang berdekatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>CIRI-CIRI </b></div>
<ul>
<li>Penciptaannya selalu berdasarkan pada filosofi sebuah aktivitas dalam suatu budaya, bisa berupa aktivitas religius maupun seremonial.</li>
<li>Terikat dengan pakem-pakem tertentu.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Contoh
Wayang kulit, wayang golek, wayang beber, ornamen pada rumah-rumah tradisional di tiap daerah, batik, songket, dan lain-lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seni Tradisional
Seni tradisional, dapat disebut dengan seni rakyat merupakan bentuk seni yang diproduksi oleh suatu kebudayaan tertentu oleh rakyat jelata, pekerja atau orang lain. Seni tradisional dibuat utamanya untuk kegunaan, lebih dari estetika. Seni tradisional biasanya hanya mengacu pada suatu kebudayaan tertentu dan berbeda antara satu dengan yang lain, walaupun terkadang bisa sama karena pengaruh kebudayaan. Keragaman lokasi geografis dan keragaman jenis seni tradisional tidak memungkinkan untuk mendeskripsikannya secara keseluruhan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Seni tradisional kian menghilang dikarenakan modernisasi, industrialisasi ataupun pengaruh luar. Hal tersebut dianggap sebagai fenomena bagi kalangan tertentu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Ciri khusus</b></div>
<ul>
<li>Bersifat distinktif, antara kebudayaan satu dengan yang lain berbeda </li>
<li>Mengutamakan kegunaan, lebih dari estetika </li>
<li>Dianggap naïf karena tidak mengindahkan kaidah seni </li>
<li>Bersifat impulsif, hanya spontanitas saja </li>
<li>Tidak terpengaruh aliran dalam akademisi dan ruang lingkup seni murni </li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sumber:</b></div>
<div style="text-align: justify;">
http://ipahipeh.blog.fisip.uns.ac.id/2010/12/30/seni-rupa-tradisional/</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-59041577320212060792011-12-27T12:10:00.002+07:002011-12-27T21:46:35.605+07:00Tabu<div style="text-align: justify;">
Tabu atau pantangan adalah suatu pelarangan sosial yang kuat terhadap kata, benda, tindakan, atau orang yang dianggap tidak diinginkan oleh suatu kelompok, budaya, atau masyarakat. Pelanggaran tabu biasanya tidak dapat diterima dan dapat dianggap menyerang. Beberapa tindakan atau kebiasaan yang bersifat tabu bahkan dapat dilarang secara hukum dan pelanggarannya dapat menyebabkan pemberian sanksi keras. Tabu dapat juga membuat malu, aib, dan perlakuan kasar dari lingkungan sekitar.<br />
<br />
Secara umum, tabu dianggap telah ada sebelum munculnya teisme dan dari periode sebelum adanya semua jenis agama.Secara khusus, tabu adalah Ungkapan yang tidak boleh diungkapkan dalam suasana tertentu dalam hubungannya dengan kepercayaan. Ungkapan tabu ada karena adanya larangan untuk mengucapkan kata-kata tertentu. Ungkapan tabu disiasati supaya tidak secara vulgar diucapkan.<br />
<br />
Ungkapan tabu menurut Ullman dibagi 3:</div>
<ol>
<li>Tabu karena sesuatu yang menakutkan</li>
<li>Tabu karena sesuatu yang tidak mengenakkan</li>
<li>Tabu karena sesuatu yang tidak pantas</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Menurut Mahmud Fasya, ungkapan tabu dibagi jadi 2:<br />
Dimensi horizontal (habluminannas) yaitu sesuatu yang tidak mengenakkan & tidak pantas<br />
Dimensi vertikal (hubungannya dengan Tuhan atau yang berbau gaib) yaitu sesuatu yang menakutkan<br />
<br />
Tabu karena sesuatu yang menakutkan</div>
<ul>
<li>Warisan dari animisme dan dinamisme</li>
<li>Contoh: pada masyarakat Jawa merasa tabu menyebut kata ‘tikus’, sehingga harus disanjung dengan panggilan ‘den bagus’.</li>
<li>Contoh: pada masyarakat Sunda (Ciamis), kelelawar tidak boleh disebut ‘lalay’, tetapi ‘buah labu’.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Ungkapan tabu yg relasi manusia dg manusia masih berlaku hingga sekarang, kaitannya dengan sopan santun. Ungkapan tabu ini berhubungan juga dg nilai rasa sosial. Nilai rasa sosial selalu berkembang tiap zamannya.<br />
<br />
Strategi menghindari ungkapan tabu dalam Bahasa Indonesia</div>
<ul>
<li>Gunakan eufimisme (nilai rasanya lebih halus)</li>
<li>Mengganti bunyi, contoh menyebutkan kata ‘anjing’ dengan kata ‘anjrit’ (bagi orang Sunda), ‘asu’ dengan ‘asem’ (bagi orang Jawa).</li>
<li>Abreviasi (pemendekan), contoh ‘miss V’ utk ‘vagina’, ‘sekwilda’ = ‘sekitar wilayah dada’, ‘perek’ = ‘perempuan rekrutan’.</li>
<li>Metafora atau kiasan, contoh utk ‘celana dalam’ = ‘segitiga pengaman’, ‘burung’ utk menyebutkan kemaluan laki-laki.</li>
<li>Menggunakan kata lain (sinonim)</li>
<li>Diganti dengan bahasa asing, contoh ‘pantat’ diganti ‘dubur’, ‘kotoran’ diganti ‘feses, tinja’.</li>
<li>Menciptakan kata dengan ‘tuna’, contoh tunasusila.</li>
<li>Mengikuti perkembangan zaman, contoh kata ‘kuli’ diganti jadi ‘pekerja, karyawan’.</li>
<li>Ungkapan yang memberi kesan lebih baik atau menciptakan ungkapan yang baru.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
Sumber:</div>
<ul>
<li>Sitaresmi, Nunung, Fasya, Mahmud. 2011. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Bandung: UPI Press</li>
<li>Ungkapan Tabu. dalam http://robita.wordpress.com/2011/06/11/ungkapan-tabu/</li>
<li>Tabu. dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Tabu</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
</div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-40526702268126105062011-12-27T12:01:00.003+07:002011-12-27T21:46:58.381+07:00Mitos<div style="text-align: justify;">
Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya.Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mitos yang berasal dari luar negeri pada umumnya telah mengalami perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh proses adaptasi karena perubahan zaman. Menurut Moens-Zoeb, orang jawa bukan saja telah mengambil mitos-mitos dari India, melainkan juga telah mengadopsi dewa-dewa Hindu sebagai dewa Jawa. Bahkan orang Jawa pun percaya bahwa mitos-mitos tersebut terjadi di Jawa. Di Jawa Timur misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu Jawa dan Bali sebagai gunung suci Mahameru atau sedikitnya sebagai Puncak Mahameru yang dipindahkan dari India ke Pulau Jawa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mitos di Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa, terjadinya manusia pertama, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok. Mengenai mite terjadinya padi, dikenal adanya Dewi Sri yang dianggap sebagai dewi padi orang Jawa. Menurut versi Jawa Timur, Dewi Sri adalah putri raja Purwacarita. Ia mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Sadana. Pada suatu hari selagi tidur, Sri dan Sadana disihir oleh ibu tirinya dan Sadana diubah menjadi seekor burung layang-layang sedangkan Sri diubah menjadi ular sawah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mitos">(Wikipedia)
</a></div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-81840374045138511972011-12-27T11:55:00.001+07:002011-12-27T21:47:36.674+07:00Aliran Kepercayaan<div style="text-align: justify;">
Aliran kepercayaan merupakan bagian dari nilai budaya yang tertanam pada diri masyarakat dan diterapkan sebagai cara pandang untuk melakoni kehidupannya. Cara pandang tersebut sebenarnya dapat mengacu pada agama yang bersumber dari kitab sepertihalnya yang ada dalam agama-agama besar dunia. Berbeda halnya dengan agama besar, aliran kepercayaan atau yang lebih dikenal dengan agama lokal meyakini bahwa cara pandang mereka didasarkan atas apa yang diajarkan oleh nenek moyang (karuhun) dalam menata kehidupan baik dalam lingkungan mereka ataupun saat menghadapi dunia di luar lingkungan mereka. Tatanan kehidupan karuhun kemudian diformulasikan dalam suatu konsep mengenai keteraturan dalam menghadapi dan memotivasi kehidupan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Geertz. Beliau mengatakan bahwa :</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Agama adalah suatu sistem simbol yang bertindak untuk memantapkan perasaan-perasaan (moods) dan motivasi-motivasi secara kuat, menyeluruh, dan bertahan lama pada diri manusia, dengan cara
memformulasikan konsepsi-konsepsi mengenai hukum/keteraturan (order), dan menyelimuti konsepsi-konsepsi tersebut dengan suatu aturan tertentu yang mencerminkan kenyataan, sehingga perasaan-perasaan dan
motivasi-motivasi tersebut, nampaknya secara tersendiri (unik) adalah nyata ada.</i> (Geertz, 1973:90)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber:<br />
Geertz, Clifford 1973 The Interpretation of Culture, New York: Basic.<br />
Ade Makmur Kartawinata. 2002. Amalan Agama Lokal dalam Komunitas Terpinggir Di Jawa Barat: Kajian Antropologi Agama. Makalah dalam Simposium Kebudayaan Indonesia – Malaysia VIII 8 – 9 Oktober 2002.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-55384106232183505112011-12-27T11:14:00.000+07:002011-12-27T21:47:55.524+07:00Upacara Tradisional<div style="text-align: justify;">
Bani Sudardi menyebutkan bahwa upacara tradisional merupakan bagian dari sistem religi. Dalam sistem religi terdapat 3 unsur, yaitu: </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Sistem keyakinan </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Sistem upacara keagamaan </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Masyarakat pendukung </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sistem keyakinan adalah suatu konsep yang hidup di masyarakat. Sistem ini bisa menyangkut berbagai hal seperti kosmogoni, kosmologi, mitologi, legenda, dan sebagainya. Sistem keyakinan tersebut merupakan hal yang dipercaya masyarakat pemilikinya dan dianggap benar-benar terjadi.
Upacara tradisional terdapat sistem upacara yang harus diikuti oleh peserta upacara. Sistem upacara adalah suatu bentuk reaktualisasi adanya sistem kepercayaan. Di antara ketiga unsur dari sistem religi, sistem upacara merupakan unsur yang paling nyata dan tentu saja menarik perhatian. Bentuk sistem upacara itu beragam bentuknya yang terdiri dari: </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Bersaji </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Berkorban </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Berdoa </div>
<div style="text-align: justify;">
4. Makan bersama dengan makanan suci </div>
<div style="text-align: justify;">
5. Prosesi </div>
<div style="text-align: justify;">
6. Tarian suci </div>
<div style="text-align: justify;">
7. Nyanyian suci </div>
<div style="text-align: justify;">
8. Drama suci </div>
<div style="text-align: justify;">
9. Puasa </div>
<div style="text-align: justify;">
10. Intoksikasi </div>
<div style="text-align: justify;">
11. Bertapa </div>
<div style="text-align: justify;">
12. bersamadi </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari berbagai bentuk sistem upacara ini, ada 4 hal utama yang merupakan unsurnya, yaitu: </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Tempat </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Saat </div>
<div style="text-align: justify;">
3. Benda dan alat </div>
<div style="text-align: justify;">
4. Orang yang melakukan </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu ritual atau upacara tradisional memiliki makna tertentu. Makna tersebut kadang-kadang tidak tunggal. Makna suatu ritus dapat dibagi menjadi 7 bagian, yaitu:<br />
1. Aktualisasi peristiwa mistis<br />
2. Kerinduan pada kekuatan adikodrati<br />
3. Proyeksi suatu cita-cita<br />
4. Tolak bala<br />
5. Pengaturan sosial/katub sosial<br />
6. Hiburan<br />
7. Kritik sosial<br />
<br />
Sumber:<br />
<a href="http://baniuns.wordpress.com/2009/06/17/makna-ritus-dan-upacara-tradisional-di-pesisir-utara-jawa-2/">Bani Sudardi</a>. 2009. Makna Ritus da Upacara Tradisional di Pesisir Utara Jawa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
</div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-87156777313489643202011-12-27T10:39:00.003+07:002011-12-27T21:48:17.836+07:00Sistem Kemasyarakatan<div style="text-align: justify;">
<b>Definisi Etimologis </b><br />
Masyarakat berasal dari kata dalam bahasa Arab, “musyarak”. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas -entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.<br />
<br />
<b>Definisi Konseptual</b><br />
Selo Sumardjan
Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.<br />
<br />
<br />
1. Karl Marx<br />
Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok -kelompok yang terbagi secara ekonomi.<br />
<br />
2. Emile Durkheim<br />
Masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi - pribadi yang merupakan anggotanya.<br />
<br />
3. Paul B. Horton & C. Hunt<br />
Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.<br />
<br />
4. Syaikh Taqyuddin An-Nabhani<br />
Sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.<br />
<br />
<b>Definisi Operasional </b><br />
Masyarakat adalah sekelompok orang atau kumpulan komunitas manusia yang menempati satu wilayah tertentu dengan merasa adanya keterikatan satu sama lain, juga adanya interaksi yang disesuaikan dengan adat istiadat wilayah tersebut yang sifatnya berkesinambungan; serta merupakan kesatuan hidup bersama yang memiliki kebiasaan tertentu, norma, hukum, serta aturan yang mengatur semua pola tingkah laku warga yang harus dipatuhi oleh seluruh anggotanya; tentunya membutuhkan keamanan dan kesejahteraan secara bersama.
</div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-6770259907634729202011-12-27T10:27:00.002+07:002011-12-27T10:27:42.917+07:00Sistem Kepercayaan<div style="text-align: justify;">
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan.Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Sistem_Kepercayaan">(Wikipedia)</a></div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-73636060116310686862011-11-02T21:17:00.001+07:002011-12-27T21:48:54.023+07:00Nini Anteh Sang Penunggu Bulan<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b>Nini Anteh Sang Penunggu Bulan</b></span></div>
<div style="text-align: center;">
Diedit ulang oleh Tatang M. Amirin; 26 Oktober 2010</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
Pada jaman dahulu kala di Jawa Barat ada sebuah kerajaan bernama kerajaan Pakuan. Pakuan adalah kerajaan yang sangat subur dan memiliki panorama alam yang sangat indah. Rakyatnya pun hidup damai di bawah pimpinan raja yang bijaksana.<br />
<br />
Di dalam istana ada dua gadis remaja yang sama-sama jelita dan selalu kelihatan sangat rukun. Yang satu bernama Endahwarni dan yang satu lagi bernama Anteh. Raja dan Ratu sangat menyayangi keduanya, meski sebenarnya kedua gadis itu memiliki status sosial yang berbeda.<br />
<br />
Putri Endahwarni adalah calon pewaris kerajaan Pakuan, sedangkan Nyai Anteh adalah hanya anak seorang dayang kesayangan sang ratu. Karena Nyai Dasti, ibu Nyai Anteh sudah meninggal saat melahirkan Anteh, maka sejak saat itu Nyai Anteh dibesarkan bersama putri Endahwarni yang kebetulan juga baru lahir. Kini setelah Nyai Anteh menginjak remaja, dia pun diangkat menjadi dayang pribadi putri Endahwarni.<br />
<br />
“Kau jangan memanggilku Gusti Putri kalau sedang berdua denganku,” kata Putri.<br />
<br />
“Bagiku kau tetap adik tercintaku. Tidak perduli statusmu yang hanya seorang dayang. Ingat sejak bayi kita dibesarkan bersama, maka sampai kapan pun kita akan tetap bersaudara. Awas ya! Kalau lupa lagi kamu akan aku hukum!”<br />
<br />
“Baik Gust…..eh Kakak!” jawab Nyai Anteh.<br />
<br />
“Anteh, sebenarnya aku iri padamu,” kata putri.<br />
<br />
“Ah, iri kenapa, Kak. Saya tidak punya sesuatu yang bisa membuat orang lain iri,” kata Anteh heran.<br />
<br />
“Apa kau tidak tahu bahwa kamu lebih cantik dariku. Jika kamu seorang putri, pasti sudah banyak pangeran yang meminangmu,” ujar Putri sambil tersenyum.<br />
<br />
“Ha ha ha.. Kakak bisa saja. Mana bisa wajah jelek seperti ini dibilang cantik. Yang cantik tuh Kak Endah, kemarin saja waktu pangeran dari kerajaan sebrang datang, dia sampai terpesona melihat Kakak. Iya kan, Kak?” jawab Anteh dengan semangat.<br />
<br />
“Ah kamu bisa saja. Itu karena waktu itu kau memilihkan baju yang cocok untukku. O ya kau buat di penjahit mana baju itu?” tanya putri.<br />
<br />
“Eeee…itu…itu…saya yang jahit sendiri, Kak.” jawab Anteh.<br />
<br />
“Benarkah? Wah aku tidak menyangka kau pandai menjahit. Kalau begitu lain kali kau harus membuatkan baju untukku lagi ya. Hmmmm…mungkin baju pengantinku?” seru Putri.<br />
<br />
“Aduh, mana berani saya membuat baju untuk pernikahan Kakak. Kalau jelek, saya pasti akan dimarahi rakyat,” kata Anteh ketakutan.<br />
<br />
“Tidak akan gagal! Kemarin baju pesta saja bisa… jadi baju pengantin pun pasti bisa,” kata Putri tegas.<br />
<br />
Suatu malam Ratu memanggil putri Endahwarni dan Anteh ke kamarnya. “Endah putriku, ada sesuatu yang ingin Ibu bicarakan,” kata Ratu.<br />
<br />
“Ya, Ibu,” jawab Putri.<br />
<br />
“Endah, kau adalah anakku satu-satunya. Kelak kau akan menjadi ratu menggantikan ayahmu memimpin rakyat Pakuan,” ujar ratu. “Sesuai ketentuan keraton kau harus memiliki pendamping hidup sebelum bisa diangkat menjadi ratu.”<br />
<br />
“Maksud ibu, Endah harus segera menikah?” tanya putri.<br />
<br />
“Ya, Nak, dan ibu juga ayahmu sudah berunding dan sepakat bahwa calon pendamping yang cocok untukmu adalah Anantakusuma, anak Adipati dari Kadipaten Wetan. Dia pemuda yang baik dan terlebih lagi dia gagah dan tampan. Kau pasti akan bahagia bersamanya,” kata Ratu. “Dan kau Anteh, tugasmu adalah menjaga dan menyediakan keperluan kakakmu supaya tidak terjadi apa-apa padanya.”<br />
<br />
“Baik, Gusti Ratu,” jawab Anteh.<br />
<br />
Malam itu putri Endahwarni meminta Nyai Anteh untuk menemaninya.<br />
<br />
“Aku takut sekali Anteh,” kata putri dengan sedih. “Bagaimana aku bisa menikah dengan orang yang sama sekali tidak aku kenal. Bagaimana kalau dia tidak mencintaiku?”<br />
<br />
“Kakak jangan berpikiran buruk dulu,” hibur Anteh. “Saya yakin Gusti Raja dan Ratu tidak akan sembarangan memilih jodoh buat Kakak. Dan pemuda mana yang tidak akan jatuh hati melihat kecantikan Kakak. Ah sudahlah, Kakak tenang dan berdoa saja. Semoga semuanya berjalan lancar.”<br />
<br />
Suatu pagi yang cerah, Anteh sedang mengumpulkan bunga melati untuk menghias sanggul putri Endahwarni. Anteh senang menyaksikan bunga-bunga yang bermekaran dan kupu-kupu saling berebut bunga. Dia mulai bersenandung dengan gembira. Suara Anteh yang merdu terbang tertiup angin melewati tembok istana. Saat itu seorang pemuda tampan sedang melintas di balik tembok taman istana. Dia tepesona mendengar suara yang begitu merdu. Ternyata pemuda itu adalah Anantakusuma. Dia sangat sakti, maka tembok istana yang begitu tinggi dengan mudah dilompatinya. Dia bersembunyi di balik gerumbulan bunga, dan tampaklah olehnya seorang gadis yang sangat cantik. Anantakusuma merasakan dadanya bergetar,<br />
<br />
“Alangkah cantiknya dia, apakah dia putri Endahwarni calon istriku?” batinnya.<br />
<br />
Anantakusuma keluar dari persembunyiannya. Anteh terkejut ketika tiba-tiba di hadapannya muncul pemuda yang tidak dikenalnya.<br />
<br />
“Siapa tuan?” tanya Anteh.<br />
<br />
“Aku Anantakusuma. Apakah kau…..”<br />
<br />
Belum sempat Anantakusuma bertanya seseorang memanggil Anteh.<br />
<br />
“Anteh!!! Cepat!!! Putri memanggilmu!” kata seorang dayang.<br />
<br />
“Ya. Saya segera datang. Maaf tuan saya harus pergi,” kata Anteh yang langsung lari meninggalkan Anantakusuma.<br />
<br />
“Dia ternyata bukan Endahwarni,” pikir Anantakusuma. “Dan aku jatuh cinta padanya. Aku ingin dialah yang jadi istriku.”<br />
<br />
Beberapa hari kemudian, di istana terlihat kesibukan yang lain daripada biasanya. Hari ini Adipati Wetan akan datang bersama anaknya, Anantakusuma, untuk melamar putri Endahwarni secara resmi. Raja dan Ratu menjamu tamunya dengan sukacita. Putri Endahwarni juga tampak senang melihat calon suaminya yang sangat gagah dan tampan. Lain halnya dengan Anantakusuma yang terlihat tidak semangat. Dia kecewa karena ternyata bukan gadis impiannya yang akan dinikahinya.<br />
<br />
Tibalah saat perjamuan. Anteh dan beberapa dayang istana lainnya masuk ke ruangan dengan membawa nampan-nampan berisi makanan.<br />
<br />
“Silakan mencicipi makanan istimewa istana ini,” kata Anteh dengan hormat.<br />
<br />
“Terima kasih Anteh, silakan langsung dicicipi,” kata Raja kepada para tamunya.<br />
<br />
Anantakusuma tertegun melihat gadis impiannya kini ada di hadapannya. Kerongkongannya terasa kering dan matanya tak mau lepas dari Nyai Anteh yang saat itu sibuk mengatur hidangan. Kejadian itu tidak luput dari perhatian putri Endahwarni. Pahamlah ia bahwa calon suaminya telah menaruh hati pada gadis lain, dan gadis itu adalah Anteh. Putri Endahwarni merasa cemburu, kecewa, dan sakit hati. Timbul dendam di hatinya pada Anteh. Dia merasa Antehlah yang bersalah sehinggga Anantakusuma tidak mencintainya.<br />
<br />
Setelah perjamuan selesai dan Putri kembali ke kamarnya, Anteh menemui Sang Putri.<br />
<br />
“Bagaimana, Kak? Kakak senang kan sudah melihat calon suami Kakak? Wah ternyata dia sangat tampan ya?” kata Anteh.<br />
<br />
Hati putri Endahwarni terasa terbakar mendengar kata-kata Anteh. Dia teringat kembali bagaimana Anantakusuma memandang Anteh dengan penuh cinta.<br />
<br />
“Anteh, mulai saat ini kau tidak usah melayaniku. Aku juga tidak mau kau ada di dekatku. Aku tidak mau melihat wajahmu,” kata Putri Endahwarni.<br />
<br />
“A..apa kesalahanku, Kak? Kenapa Kakak tiba-tiba marah begitu?” tanya Anteh kaget.<br />
<br />
“Pokoknya aku sebal melihat mukamu!” bentak Putri. “Aku tidak mau kau dekat-dekat denganku lagi…Tidak! Aku tidak mau kau ada di istana ini. Kau harus pergi dari sini hari ini juga!”<br />
<br />
“Tapi kenapa, Kak? Setidaknya katakanlah apa kesalahanku?” tangis Anteh.<br />
<br />
“Ah jangan banyak tanya. Kau sudah mengkianatiku. Karena kau Anantakusuma tidak mencintaiku. Dia mencintaimu. Aku tahu itu. Dan itu karena dia melihat kau yang lebih cantik dariku. Kau harus pergi dari sini Anteh, biar Anantakusuma bisa melupakanmu!” kata Putri.<br />
<br />
“Baiklah, Kak, aku akan pergi dari sini. Tapi Kak, sungguh saya tidak pernah sedikitpun ingin mengkhianati Kakak. Tolong sampaikan permohonan maaf dan terima kasih saya pada Gusti Raja dan Ratu.”<br />
<br />
Anteh beranjak pergi dari kamar Putri Endahwarni menuju kamarnya, lalu mulai mengemasi barang-barangnya. Kepada dayang lainnya dia berpesan untuk menjaga Putri Endahwarni dengan baik.<br />
<br />
Nyai Anteh berjalan keluar dari gerbang istana tanpa tahu apa yang harus dilakukannya di luar istana. Tapi dia memutuskan untuk pergi ke kampung halaman ibunya. Anteh belum pernah pergi ke sana, tapi waktu itu beberapa dayang senior pernah menceritakannya.<br />
<br />
Ketika hari sudah hampir malam, Anteh tiba di kampung tempat ibunya dilahirkan. Ketika dia sedang termenung memikirkan apa yang harus dilakukan, tiba-tiba seorang laki-laki yang sudah berumur menegurnya.<br />
<br />
“Maaf Nak, apakah anak bukan orang sini?” tanyanya.<br />
<br />
“Iya Paman, saya baru datang!” kata Anteh ketakutan.<br />
<br />
“Oh maaf, bukan maksudku menakutimu, tapi wajahmu mengingatkanku pada seseorang. Wajahmu mirip sekali dengan kakakku Dasti,”<br />
<br />
“Dasti? Nama ibuku juga Dasti. Apakah kakak Paman bekerja di istana sebagai dayang?” tanya Anteh.<br />
<br />
“Ya….! Apakah….kau anaknya Dasti?” tanya Paman itu.<br />
<br />
“Betul, Paman!” jawab Anteh.<br />
<br />
“Oh, kalau begitu kau adalah keponakanku. Aku pamanmu Dasta, adik ibumu,” kata Paman Dasta dengan mata berkaca-kaca.<br />
<br />
“Benarkah? Oh Paman, akhirnya aku menemukan keluarga ibuku!” kata Anteh dengan gembira.<br />
<br />
“Sedang apakah kau disini? Bukankah kau juga seorang dayang?” tanya Paman Dasta.<br />
<br />
“Ceritanya panjang, Paman. Tapi bolehkah saya minta ijin untuk tinggal di rumah Paman. Saya tidak tahu harus kemana,” pinta Anteh.<br />
<br />
“Tentu saja, Nak, kau adalah anakku juga. Tentu kau boleh tinggal di rumahku. Ayo kita pergi!” kata Paman Dasta.<br />
<br />
Sejak saat itu Anteh tinggal di rumah Pamannya di desa. Untuk membantu pamannya, Anteh menerima pesanan menjahit baju. Mula-mula Anteh menjahitkan baju-baju tetangga, lama-lama karena jahitannya bagus, orang-orang dari desa yang jauh pun ikut menjahitkan baju mereka kepada Anteh, sehingga ia dan keluarga pamannya bisa hidup cukup dari hasilnya menjahit.<br />
<br />
Bertahun-tahun telah berlalu. Anteh kini sudah bersuami dan memiliki dua orang anak. Suatu hari di depan rumahnya berhenti sebuah kereta kencana dan banyak sekali pengawal yang menunggang kuda. Begitu pemilik kereta kencana itu melongokkan kepalanya, Anteh menjerit. Ternyata itu adalah putri Endahwarni. Putri Endahwarni turun dari kereta dan langsung menangis memeluk Anteh.<br />
<br />
“Oh Anteh, sudah lama aku mecarimu! Kemana saja kau selama ini? Kenapa tidak sekalipun kau menghubungiku? Apakah aku benar-benar menyakiti hatimu? Maafkan aku Anteh. Waktu itu aku kalap, sehingga aku mengusirmu, padahal kau tidak bersalah. Maafkan aku…” tangis Putri.<br />
<br />
“Gusti…jangan begitu. Seharusnya aku yang minta maaf karena telah membuatmu gusar,” kata Anteh.<br />
<br />
“Tidak. Akulah yang bersalah. Untuk itu Anteh, kau harus ikut denganku kembali ke istana!” pinta Putri.<br />
<br />
“Tapi Putri, aku sekarang punya suami dan anak. Saya juga bekerja sebagai penjahit. Jika saya pergi, mereka akan kehilangan,” jawab Anteh.<br />
<br />
“Suami dan anak-anakmu tentu saja harus kau bawa juga ke istana,” kata putri sambil tertawa. “Mengenai pekerjaanmu, kau akan kuangkat sebagai penjahit istana. Bagaimana? Kau tidak boleh menolak, ini perintah!”<br />
<br />
Akhirnya Anteh dan keluarganya pindah ke istana. Putri Endahwarni telah membuatkan sebuah rumah di pinggir taman untuk mereka tinggal. Namun Anteh selalu merasa tidak enak setiap bertemu dengan pangeran Anantakusuma, suami putri Endahwarni.<br />
<br />
Pangeran Anantakusuma ternyata tidak pernah melupakan gadis impiannya. Kembalinya Anteh telah membuat cintanya yang terkubur bangkit kembali. Mulanya Pangeran Anantakusuma mencoba bertahan dengan tidak memperdulikan kehadiran Anteh. Namun semakin lama cintanya semakin menggelora, hingga suatu malam Pangeran Anantakusuma nekat pergi ke taman istana, siapa tahu dia bisa bertemu dengan Anteh.<br />
<br />
Pangeran Kerajaan<br />
<br />
Benar saja. Dilihatnya Anteh sedang berada di beranda rumahnya, sedang bercanda dengan Candramawat, kucing kesayangannya, sambil menikmati indahnya sinar bulan purnama. Meski kini sudah berumur, namun bagi pangeran Anantakusuma, Anteh masih secantik dulu saat pertama mereka bertemu. Perlahan-lahan didekatinya Anteh.<br />
<br />
“Anteh!” tegurnya. Anteh terkejut. Dilihatnya pangeran Antakusuma berdiri di hadapannya.<br />
<br />
“Pa … Pangeran? Kenapa Pangeran kemari? Bagaimana kalau ada orang yang melihat?” tanya Anteh ketakutan.<br />
<br />
“Aku tidak perduli. Yang penting aku bisa bersamamu. Anteh, tahukah kau bahwa aku sangat mencintaimu. Sejak kita bertemu di taman hingga hari ini, aku tetap mencintaimu,” kata Pangeran.<br />
<br />
“Pangeran, kau tidak boleh berkata seperti itu. Kau adalah suami putri Endahwarni. Dia adalah kakak yang sangat kucintai. Jika kau menyakitinya, itu sama saja kau menyakitiku,” kata Anteh sambil memeluk Candramawat.<br />
<br />
“Aku tidak bisa… Aku tidak bisa melupakanmu! Kau harus menjadi milikku Anteh! Kemarilah, biarkan aku memelukmu!” kata Pangeran sambil berusaha memegang tangan Anteh. Anteh mundur dengan ketakutan.<br />
<br />
“Sadarlah Pangeran! Kau tidak boleh mengkhianati Gusti Putri.”<br />
<br />
Namun pangeran Ananta kusuma tetap mendekati Anteh.Anteh yang ketakutan berusaha melarikan diri. Namun Pangeran Anantakusuma tetap mengejarnya.<br />
<br />
“Oh Tuhan, tolonglah hambaMu ini!” doa Anteh,<br />
<br />
“Berilah hamba kekuatan untuk bisa lepas dari pangeran Anantakusuma. Hamba tahu dia sangat sakti. Karena itu tolonglah hamba. Jangan biarkan dia menyakiti hamba dan kakak hamba!”<br />
<br />
Tiba-tiba Anteh merasa ada kekuatan yang menarik tubuhnya ke atas. Dia mendongak, dan dilihatnya sinar bulan menyelimutinya dan menariknya. Pangeran Anantakusuma hanya bisa terpana menyaksikan kepergian Anteh yang semakin lama semakin tinggi dan akhirnya hilang bersama sinar bulan yang tertutup awan.<br />
<br />
Sejak saat itu Nyai Anteh yang sudah nenek-nenek, hingga orang-orang menyebutnya Nini (Nenek) tinggal di bulan, sendirian, hanya ditemani kucing kesayangannya. Dia tidak bisa kembali ke bumi karena takut Pangeran Anantakusuma akan mengejarnya.<br />
<br />
Jika kerinduannya pada keluarganya sudah tak dapat ditahan, dia menenun kain untuk dijadikan tangga. Tapi sayang tenunannya tidak pernah selesai karena si kucing selalu merusaknya. Kini jika bulan purnama kita bisa melihat bayangan Nyai Anteh duduk menenun ditemani Candramawat, kucing kesayangannya. Begitulah kisah Nini Anteh Sang Penunggu Bulan. Lihatlah di bulan ketika purnama, tampak tubuh Nini Anteh yang sudah tua itu sedang menenun ditemani Candramawat, kucingnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
Sumber: <a href="http://tatangmanguny.wordpress.com/dongeng-sunda/nini-anteh-sang-penunggu-bulan/">tatangmanguny.wordpress.com</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-33909110652895980852011-11-02T21:07:00.002+07:002011-12-27T21:49:40.304+07:00Patahan Lembang Rawan Menimbulkan Gempa Yang Berakibat Bagi Kabupaten Dan Kota Sekitarnya<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b>Patahan Lembang Rawan Menimbulkan Gempa Yang Berakibat Bagi Kabupaten Dan Kota Sekitarnya</b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;">Kamis, 27 Oktober 2011 10:55 WIB</span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;">Yuwana Tri Aditya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Bandung-Dilihat dari skala nasional jawa barat memiliki potensi bencana alam yang potensial, karenanya jawa barat memiliki daerah rawan tsunami tujuh gunung berapi api daerah aliran sungai serta 6 patahan atau sesar yang signifikan, dampaknya seperti halnya di tempat wisata lembang kabupaten bandung barat pasalnya di tempat wisata tersebut memiliki patahan atau sesar yang bernama sesar lembang yang memiliki potensi gempa yang cukup signifikan dan berdampak besar akan timbul jika adanya tabrakan lempeng di sesar lembang.
Terlebih untuk di darat sendiri jawa barat memiliki enam sesar yaitu sesar balibis di majalengka sesar cimandiri di sukabumi sesar lembang di kabupaten bandung barat sesar kuningan sesar garut dan sesar gunung halu.
Ke enam sesar itu merupakan perhatian khusus karena bisa memberikan potensi gempa. Hal tersebut seperti yang disampaikan kepala bidang pencegahan dan kesiapsiagaan badan penanggulanagan bencana daerah provinsi jawa barat dadang abdul rahman msi,dirinya mengakui saat ini sesar lembang merupakann fokus perhatian dari badan penanggulangan bencana daerah provinsi jawa barat, karena potensi besar bencana alam jika timbul kegempaan besar dari sesar lembang maka sedikitnya 3 daerah seperti kabupaten bandung barat,kota bandung dan kota cimahi akan berdampak besar kerugian jiwa maupun harta
potensi gempa di sesar lembang bisa terjadi karena adanya tabrakan lempengan eurasia dan indoaustralia dan kini pihak badan penanggulanagan bencana daerah provinsi jawa barat sangat fokus perhatian kepada sesar lembang karena kemungkinan potensi gempa harus diwaspadai dan menurut para ahli siklus kegempaan sesar lembang bisa datang tanpa diduga sekitar seratus tahunan dua ratus tahunan hingga ribuan tahunan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: small;">Sumber: <a href="http://www.pjtv.co.id/berita/detail/global/1387/patahan-lembang-rawan-menimbulkan-gempa-yang-berakibat-bagi-kabupaten-dan-kota-sekitarnya.html">pjtv.co.id</a>
</span></div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-65351910818009516882011-11-02T20:32:00.000+07:002011-12-27T21:50:20.777+07:00Proses Terjadinya Tsunami<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b>Proses Terjadinya Tsunami</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada 3 (tiga) kejadian di laut yang mengakibatkan timbulnya tsunami yaitu : </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. Gempabumi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara umum gempabumi yang bisa menimbulkan tsunami adalah gempabumi tektonik yang terjadi di laut dan mempunayai karakteristik sebagai berikut : </div>
<div style="text-align: justify;">
1 Sumber gempabumi berada di laut </div>
<div style="text-align: justify;">
2 Kedalaman gempabumi dangkal, yakni kurang dari 60 km </div>
<div style="text-align: justify;">
3 Kekuatannya cukup besar, yakni di atas 6,0 SR </div>
<div style="text-align: justify;">
4 Tipe patahannya turun (normal fault) atau patahan naik (thrush fault) </div>
<div style="text-align: justify;">
Tsunami yang ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan gelombang yang cukup besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan yang terjadi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat memindahkan suatu massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi, letusan vulkanik, batu bintang/meteor atau tanah longsor. Bagaimanapun juga, penyebab yang paling umum terjadi adalah dari gempabumi di bawah permukaan laut. Gempabumi kecil bisa saja menciptakan tsunami akibat dari adanya longsor di bawah permukaan laut/lantai samudera yang mampu untuk membangkitkan tsunami
Tsunami dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertikal dan memindahkan air yang berada di atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical dari kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang disebut subduksi. Gempa bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk menghasilkan gelombang tsunami dimana lempeng samudera slip di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga dengan subduksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2. Land Slide (Tanah Longsor)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Land Slide/tanah longsor dengan volume tanah yang jatuh/turun cukup besar dan terjadi di dasar Samudera, dapat mengakibatkan timbulnya Tsunami. Biasanya tsunami yang terjadi tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan tsunami akaibat gempabumi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Gunung Berapi aktif yang berada di tengah laut</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Gunung Berapi aktif yang berada di tengah laut ketika meletus akan dapat menimbulkan tsunami. Tsunami yang terjadi bisa kecil, bisa juga sangat besar, tergantung dari besar kecilnya letusan gunung api tersebut. Ada banyak gunung api yang berada ditengah laut di seluruh dunia. Untuk di Indonesia , yang paling terkenal adalah letusan gunung Krakatau yang terletak di tengah laut sekitar Selat Sunda, yang terjadi pada tahun 1883. Letusannya sangat dashyat, sehingga menimbulkna tsunami yang sangat besar dan korban yang banyak, baik jiwa maupun harta benda. Dampak dari bencana ini juga dirasakan kedashyatannya di negara lain.
Tanah longsor di dalam laut dalam , kadang-kadang dicetuskan oleh gempabumi yang besar; seperti halnya bangunan yang roboh akibat letusan vulkanik, mungkin juga dapat mengganggu kolom air akibat dari sediment dan batuan yang bergerak di lantai samudera. Jika terjadi letusan gunungapi dari dalam laut dapat juga menyebabkan tsunami karena kolom air akan naik akibat dari letusan vulkanik yang cukup besar lalu membentuk suatu tsunami. Contoh seperti yang terjadi di Gunung Krakatau.Gelombang terbentuk akibat perpindahan massa air yang bergerak di bawah pengaruh gravitasi untuk mencapai keseimbangan dan bergerak di lautan, seperti jika kita menjatuhkan batu di tengah kolam akan terbentuk gelombang melingkar.
Sekitar era tahun 1950 an ditemukan tsunami yang lebih besar dibandingkan sebelumnya percaya atau tidak mungkin ini disebabkan oleh tanah longsor, bahan peledak, aktifitas vulkanik dan peristiwa lainnya. Gejala ini dengan cepat memindahkan volume air yang besar, sebagai energi dari material yang terbawa atau melakukan ekspansi energi yang ditransfer ke air sehingga terjadi gerakan tanah. Tsunami disebabkan oleh mekanisme ini, tidak sama dengan tsunami di lautan lepas yang disebabkan oleh beberapa gempabumi, biasanya menghilang dengan cepat dan jarang sekali berpengaruh sampai ke pantai karena area yang terpengaruh sangat kecil.Peristiwa ini dapat memberi kenaikan pada gelombang kejut lokal yang bergerak cepat dan lebih besar (solitons), Seperti gerakan tanah yang terjadi di Teluk Lituya memproduksi suatu gelombang dengan tinggi 50- 150 m dan mencapai area pegunungan yang jaraknya 524 m. Bagaimanapun juga , suatu tanah longsor yang besar dapat menghasilkan megatsunami yang mungkin berdampak pada samudera.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
Sumber: <a href="http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=13675.0">forum.upi.edu</a> </div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-18181421661616857092011-11-01T23:38:00.000+07:002012-01-03T22:10:23.234+07:00Antropologi Unair Angkatan 88<ol>
<li>Lucy Dyah Hendrawati (domisili : Surabaya)</li>
<li>Sri Endah Kinasih (domisili : Surabaya)</li>
<li>Heru “koempo” Soesanto (domisili : Surabaya)</li>
<li>Lulus Wahyu Setyaningsih (domisili : Porong)</li>
<li>Sylvia K. Ngonde (domisili : Surabaya)</li>
<li>Aida Farida</li>
<li><a href="http://id-id.facebook.com/people/Alimar-Dahlan/100000103395840">Alimar Dahlan</a></li>
<li>Ani Mas’udah</li>
<li>Des Herliana</li>
<li>Diah Pitaloka</li>
<li>Dwi Wahjuni Suharjanti</li>
<li>Dyah Apriarita Dewi</li>
<li>Eka Widijati</li>
<li>Elok Tarini</li>
<li>Endang Nawang Wati</li>
<li>Endang Wahju Wulandari</li>
<li>Endro Soegianto</li>
<li>Hanik Purwati</li>
<li>Herman Decianto</li>
<li>Heroe Soesanto</li>
<li>Ichnaton</li>
<li>Indrijati Soerjasih</li>
<li><a href="http://danupratamasetiawan.blogspot.com/">Irvan Setiawan</a></li>
<li>Jetty Wihertantie</li>
<li>Kartono</li>
<li>Lasmawati</li>
<li>Makhfud</li>
<li>Miming Meriana</li>
<li>Nila Savira</li>
<li>Noerhayati</li>
<li>Nursyamsyah Rahmawati</li>
<li>Putut Pramono</li>
<li>Ratna Kartika Wismaningsih</li>
<li>Rita Rachmawati</li>
<li><a href="http://www.facebook.com/public/Rusyad-Adi-Suriyanto">Rusyad Adi Suriyanto</a> </li>
<li>Slamet Guripno</li>
<li>Sonya Cynthia Tomasowa</li>
<li>Sri Astutik</li>
<li>Sri Endah Nurhidayati</li>
<li><a href="http://id-id.facebook.com/people/Wahyu-Murdjianto/100001647044605">Wahyu Murdjianto</a></li>
<li>Wiwin Widyawati</li>
</ol>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-9880085963551227292011-11-01T22:23:00.000+07:002012-01-08T22:24:07.194+07:00Daluang atau Dluwang dalam Perspektif Kodikologi<div style="text-align: center;">
oleh:</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="http://asepyudha.staff.uns.ac.id/2009/06/04/sekilas-tentang-daluang-atau-dluwang-sebuah-telaah-ringkas-kodikologi/">Asep Yudha Wirajaya</a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Abstrak</div>
<br />
Berbagai naskah kuno yang merupakan kekayaan budaya masa lampau saat ini tersebar di seluruh Nusantara. Media yang dipergunakan untuk menulis karya intelektual yang luar biasa tersebut adalah daun lontar, kertas daluang atau dluwang, bambu atau kulit kayu. Dengan demikian, keberadaan kertas sebagai media karya intelektual dalam kehidupan manusia cukup penting. Karena selain sebagai dokumen pencatat ilmu pengetahuan, kertas juga berfungsi media untuk promosi perdagangan, sarana untuk menyampaikan pikiran serta gagasan, dan lain sebagainya. Di atas permukaannyalah terletak berbagai informasi yang ingin disampaikan, misalnya tulisan atau gambar.<br />
<br />
Keyword: Kertas, dluwang dan kodikologi<br />
<br />
1. Pendahuluan<br />
<br />
Sebelum kertas diketemukan, manusia mengungkapkan perasaan, pikiran dan gagasannya melalui bahasa gambar dan bahasa tulisan sehingga mereka berusaha mencari permukaan-permukaan benda yang sekiranya cocok untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Awalnya, mereka mengungkapkan perasaan dengan cara menggambar, seperti menggurat, mengukir, mentakik atau menoreh di atas permukaan batu, tulang belulang, dan lain sebagainya (lih. Nooryan Bahari, 1995). Tradisi ini telah dikembangkan sejak zaman prasejarah terutama pada masa berburu dan meramu. Pada fase itu manusia belum menemukan cara melambangkan bunyi dalam bentuk tertentu. Jadi, dengan adanya gambar manusia dapat mengemukakan ide, gagasan dan logika dalam bentuk gambar. Dengan demikian, gambar merupakan hasil budaya pada masa awal yang mempunyai arti penting dalam perkembangan sejarah kebudayaan manusia, yaitu era ”pembuka“ tradisi tulis dan berarti pula memasuki periode baru, yaitu periode sejarah. (lih. Endang Sri Hardiati, 2002: 1).<br />
<br />
Oleh karena sebagian besar peninggalan gambar tersebut dapat ditemukan pada batu, maka batu pada masa itu merupakan sarana awal untuk berkomunikasi lewat “tulisan“, hampir sama sebagaimana bahan tersebut digunakan sebagai patung. Melalui medium ekspresi ini dapat diketahui bahwa kelompok piktograf dan ideograf memainkan peranan penting pada fase-fase awal sejarah kebudayaan manusia (lih. Nooryan Bahari, 1995). Hal ini dapat diketahui melalui obelisks yang memuat pahatan huruf hieroglyphs Mesir. Selain itu, bangsa Sumeria di daerah sungai Efrat dan Tigris (Irak sekarang), yang sejarahnya diperkirakan dimulai sejak 3000 tahun lalu telah menciptakan dan menggunakan huruf-huruf paku (cuneiform), yang merupakan tulisan pertama yang dikembangkan di dunia. Ketika Sumeria ditaklukan, si pemenang berbaur dengan orang-orang Sumeria dan mengambil alih tulisannya. Pada waktu itu tulisan paku masih dipahat di atas batu.<br />
<br />
Orang-orang Chaldea dari Babylonia Kuno, telah mencap tanda-tanda dengan alat ukur tulang ke dalam tanah liat dalam berbagai ukuran dengan huruf-huruf paku. Tanah liat tersebut kemudian dibakar sehingga menjadi keras. Hasilnya lalu dikirimkan ke orang lain, seperti halnya tulisan kertas berharga dan surat-surat yang dipertukarkan saat ini.<br />
<br />
Adapun penggunaan logam seperti kuningan, tembaga, perunggu dan timah, tidak diketahui pada awal peradaban. Dalam Bibel, referensi terhadap pemakaian timah hanya dibuat untuk tulisan-tulisan permanen. Seentara logam-logam yang lain digunakan dalam pemeliharaan atau pengawetan perjanjian-perjanjian, hukum-hukum dan persekutuan-persekutuan. Orang-orang Rowawi, misalnya menggunakan perunggu dalam mencatat peringatan-peringatan mereka. Selain itu, sebelum berangkat ke medan pertempuran, para serdadu Romawi memahat keinginan mereka pada gesper logam atau pada sarung pedang mereka. Sebagai benda kesayangan, maka barang-barang perunggu tersebut dipahat dan diukir dengan nama-nama atau simbol mereka pada awalnya, kemudian ditulisi untuk memperingati suatu peristiwa atau menerangkan alasan bagi pembuatan benda-benda perunggu tersebut, atau untuk menerangkan cara menggunakannya, atau untuk mencatat nama-nama dari para pembuatnya (lih. Nooryan Bahari, 1995).<br />
<br />
2. Kertas Eropa dan Kertas Daluang<br />
<br />
2.1. Sejarah Kertas Eropa dan Persebarannya<br />
<br />
Buku-buku besar tersusun dari lembaran-lembaran kayu telah dipakai sebelum masa Homer ( + abad 9 SM). Bahan utamanya berasal dari pohon citron. Setiap bagian kayu biasanya ditutup dengan suatu lapisan kayu halus tipis dari lilin, kapur atau plester dan tanda-tanda atau tulisan ditorehkan pada lapisan itu dengan menggunakan sebuah logam atau tulang yang berbentuk runcing. Teknik ini memungkinkan untuk menghapuskan tulisan dengan cara pelapisan kembali lembaran-lembaran kayu tersebut. lembaran kayu itu kemudian diikat bersama-sama dengan sabuk kulit sehingga menjadi susunan buku yang disebut codex. Buku ini tetap dipakai hingga abad ke 14.<br />
<br />
Di negeri Timur tanda-tanda itu ditulis dalam bilah-bilah bambu kering yang diikat bersama-sama sehingga membentuk bundelan atau ikatan. Ukuran barang tersebut tanggung sehingga sukar untuk menyimpannya. Setiap kali buku dipergunakan, maka tali itu harus diikatkan kembali. Orang-orang Cina dahulu kala, tidak memberikan nomor pada bilah-bilah bambu tersebut sehingga membingungkan urutannya tatkala tali pengikatnya putus atau bilah-bilah tersebut dibongkar (lih. Nooryan Bahari, 1995).<br />
<br />
Menulis pada daun palem dan jenis tumbuh-tumbuhan lain telah dipraktekkan sejak zaman dahulu kala di Romawi dan negara-negara Timur. Daun palem yang lebar dan berstrip dari berbagai ukuran panjang dan lebar, kira-kira dipotong 2 inci. Kemudian digunakan sebuah alat dari logam yang berbentuk runcing untuk menoreh daun tersebut. Hasil torehan kemudian diisi dengan semacam cat yang dibuat dari arang sehingga tulisan-tulisan tersebut menjadi jelas dan menonjol. Setiap lembar daun ditusuki untuk membuat 2 buah lubang dan daun-daun tersebut diikat bersama dengan tali untuk menjadi sebuah buku. Pemakaian daun-daun dari berbagai pohon tersebut menghadirkan istilah kata “leaf” yang saat ini mempunyai arti bagian dari sebuah buku.<br />
<br />
Kulit dari berbagai macam pohon telah digunakan sebagai bahan tulisan, hampir pada setiap periode dan daerah. Di zaman Latin kulit pohon bagian dalam telah digunakan, dikenal dengan nama liber. Pada waktu itu, pengertian liber adalah istilah untuk buku itu sendiri dan kata “library” berasal dari istilah liber tersebut.<br />
<br />
Orang-orang Indian Amerika telah menulis bahasa simbol mereka dengan tongkat-tongkat kayu dan cat cair pada kulit pohon birch putih dari Amerika Utara. Penduduk asli Amerika Selatan, termasuk Mexico membuat semacam kertas dengan cara memukul kulit bagian dalam pohon moraceous. Namun, sayang sejarah tidak memperlihatkan penduduk asli yang sekarang disebut Amerika Serikat pernah membuat kertas dari jenis pohon moraceous.<br />
<br />
Parchment adalah suatu bahan berupa lembaran yang terbuat dari kulit binatang, yang menimbulkan kesan antik, mempunyai daya tahan lama bahkan sampai ratusan tahun. Parchment telah menjadi pembawa nilai yang sangat berarti bagi catatan-catatan dan cerita-cerita dari zaman klasik Yunani hingga abad pertengahan, tetap ada hingga sekarang sebagai saksi terhadap bahan yang sangat bermanfaat ini. Kata “parchment” diambil dari Pergamum, sebuah kota kuno Mysia di Asia Kecil. Para ilmuwan berpendapat bahwa parchment atau kertas dari kulit mungkin sudah digunakan sejak 1500 SM, akan tetapi parchment tersebut tidak digunakan menjadi permukaan untuk menulis sampai sekitar 200 SM kemudian. Kulit binatang dapat diberi warna, disemir. dibengkokkan dan diberi perhiasan dengan cara ditatah, diukir, dilubangi dan dijahit. Parchment yang sebenarnya tidak seperti halnya kulit, terbuat dari belahan kulit domba. Bagian terkecil dan sisi bulu-bulu domba dari kulitnya dibuat menjadi skiver, yaitu bahan yang cocok untuk dipakai dalam penjilidan buku. Daging dan sisi-sisi dari kulit diubah menjadi parchment atau kertas kulit dan akan menjadi kualitas yang paling bagus.<br />
<br />
Vellum terbuat dari kulit anak sapi atau kulit anak domba dan biasanya terbuat dari seluruh kulit itu. Perbedaan antara Vellum dan parchment terlihat pada butir-butir dan tanda-tanda rambut yang biasanya menghasilkan permukaan yang tidak teratur. Parchment biasanya lebih konsisten dalam penampilan dan tidak memiliki sifat-sifat elusive ini. Parchment dan vellum harus digores, digosok dengan kapur dan direntangkan sehingga kulit mempunyai bentuk penampilan yang rata. Setelah itu ditaburi dengan pasir dari batu apung yang halus agar permukaannya menjadi bagus untuk menulis dan kaligrafi. Penulisan selama berabad-abad telah dilakukan dengaan sangat selektif dengan kulit untuk menjamin kesamaan warna dan kualitas permukaan dalam penjilidan yang memerlukan banyak halaman. Parchment tetap terus dipakai sepanjang masa Renaissance dan disebutkan bahwa untuk menghasilkan sebuah duplikat tunggal dari Bibel Gutenberg, diperlukan kulit domba sebanyak 300 ekor (lih. Nooryan Bahari, 1995). Parchment dan vellum masih selalu dibutuhkan sampai saat ini untuk mendapatkan diploma, sertifikat, hak-hak paten dan sebagainya dalam keadaan yang bagus dan alamiah. Para penulis kaligrafi mendapatkan bahan-bahan ini agar sesuai dan ideal dalam membuat karya.<br />
<br />
Percobaan pertama yang telah sangat berhasil dengan gemilang untuk pembuatan sebuah barang yang menyerupai kertas modern seperti yang telah banyak dikenal selama ini, telah dibuat di Mesir pada zaman dahulu. Suatu tanaman air yang dikenal dengan nama papyrus telah menghasilkan bahan tersebut. Papyrus merupakan suatu tanaman yang sangat menarik perhatian, tangkainya tumbuh dari 10 hingga 15 kaki tingginya. Tangkainya berbentuk segitiga secara bersilangan dan di sekeliling dasarnya tumbuh beberapa daun yang berserabut pendek. Papyrus sangat halus atau rata, tanpa bonggol-bonggol dan duri-duri yang menuju pada kelompok bunga besar, nyaman dan berbentuk rumbai. Tanaman tersebut tumbuh dengan indah di tepian danau yang kecil dan sungai-sungai di bagiaan Afrika. Perdagangan kertas Mesir telah berkembang dengan pesat pada abad ke 3 dan berlanjut hingga abad ke 5 SM.<br />
<br />
Tumbuhnya pemakaian kulit binatang serta perubahan-perubahan geografis daerah sungai Nil, telah mendorong terhadap ”matinya“ papyrus. Penanaman menjadi sukar dan papyrus menurun dengan drastis. Kata “paper“, “papier” dan “papel” diambil dari kata latin papyrus. Biblios merupakan terminologi latin yang digunakan untuk arti bagian dalam serabut (fiber) dari tanaman papyrus dan tulisan pada lembaran-lembaran papyrus dikenal dengan sebutan biblia (lih. Nooryan Bahari, 1995).<br />
<br />
Masih banyak lagi bahan-bahan menulis dan menggambar yang bisa dibandingkan dengan papyrus: misalnya naskah-naskah Mayan dan Aztec yang dibuat dari suatu bahan serupa kertas dengan cara memukul kulit pohon fig (ficus) dan mulberry (Morus). Orang Mayan menyebut kertas kulit pohonnya dengan istilah huun dan menggunakannya dalam pembuatan tabel-tabel hieroglyphic mereka. Sementara orang-orang Aztec telah membuat suatu zat yang disebut amatl dengan cara merebus lembar-lembar kulit ke dalam suatu campuran yang kemudian dipukulkan dan ditorehkan pada lembaran-lembaran. Pendekatan kuno untuk pembuatan kertas ini masih dipraktekkan di antara orang-orang Indian Otomi dari Mexico Selatan. Kertas-kertas kulit Amati dari orang-orang Aztec dan Mayan, dan sesuatu yang disebut kertas merang dari Formoza. Kertas merang yang digunakan di sini adalah nama yang salah, karena kertas merang dari Formoza tersebut sebenarnya adalah suatu bahan yang tipis dan dipotong secara spiral dari lapisan bagian dalam sebuah pohon asli di negara tersebut dan tidak ada hubungannya dengan padi atau turunannya, atau kertas merang yang sebenarnya. Kertas merang digunakan digunakan di Cina untuk lukisan sumi dan kaligrafi.<br />
<br />
Orang yang menemukan kertas untuk pertama kali secara pasti tidak diketahui, meskipun dokumen-dokumen sejarah Cina lama secara hati-hati dan tegas menyebutkan Ts’ai Lun membentuk kertas pertama kali pada tahun 105 sesudah Masehi. Hal ini ditulis Sukey Hughes (1978) dalam buku Washi The World of Japanese Paper sebagai berikut:<br />
<br />
“Exactly how true paper come into being is not precisely known, but scolars have formed a good theory. Although old Chinese historical documents carefully and explicitly credit one Ts’ai Lun, acourt eunuch, with the invention of paper ini central China in 105 A.D., it is certain that neither the idea nor the product was arrived at overnight.”<br />
<br />
Ada perbedaan pendapat yang menyatakan apakah Ts’ai Lun benar-benar sebagai penemu kertas sesungguhnya atau sebelumnya sudah ada yang menemukan kertas. Masalah ini dinyatakan oleh Vance Studley (1977) sebagai berikut.<br />
<br />
“There is some dispute as to whether Ts’ai Lun was indeed the true inventor of paper. Scholar feel that a kind of paper made from silk may have preceded his product. The credit of original invention of fused paper first used silk waste to make paper, and the time was before A.D. 105. It was known that in the year 12 B.C. paper was already used for wrapping medicine in the imperial court. The fact that Ts’ai Lun retained the old name chih, a partial word for silk, instead of using a new name was further proof that paper was not an entirely new product but only an improvement on something which already existed.”<br />
<br />
Kertas dapat menjadi bagian dari budaya Eropa melalui perjalanan sejarah yang panjang. Terlepas dari pro – kontra tentang penemu kertas, tetapi sejarah telah mencatat Ts’ai Lun mempersembahkan kertas hasil ciptaannya pada Kaisar Ho Ti pada tahun 105 Masehi. Hal ini membuat gembira hati kaisar sehingga ia dianugerahi gelar kebangsawanan (lih. Hart, 1990: 62; Bani Sudardi, 2003: 91 – 92). Kertas ciptaan Ts’ai Lun ini dibuat dari bahan bambu yang mudah didapat di seantero Cina. Baru pada tahun 600 sesudah Masehi, pembuatan kertas mencapai Korea, dan baru sekitar 15 tahun kemudian sampai ke Jepang seiring dengan menyebarnya bangsa-bangsa Cina ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.<br />
<br />
Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ke tangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi. Selama perang di sepanjang perbatasan Turkistan, sejumlah pembuat kertas bangsa Cina tertangkap dan dipaksa untuk membuka rahasia profesinya. kepada orang-orang Arab sehingga di zaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Baghdad maupun Samarkand. Kemudian Samarkand menjadi wilayah pembuat kertas karena mendapat pengetahuan baru yang diperolehnya serta didukung kondisi alamiah yang cocok untuk pembuatan kertas. Berangsur-angsur para ahli pembuat kertas pindah ke Timur, ke arah Damaskus kemudian ke Mesir dan Maroko, dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India. Eropa memperoleh pengetahuan tentang pembuatan kertas agak terlambat, yaitu pada abad ke 12 atau ke 13 melalui Itali dan Spanyol khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol (lih. Hart, 1990: 63; Bani Sudardi, 2003: 91).<br />
<br />
Sekitar abad ke 12 orang Spanyol membuat kertas di Valencia, kemudian menyebar ke Perancis, dengan pabrik pertama didirikan di Troyes. Akhirnya keterampilan membuat kertas sampai di Inggris pada akhir abad ke 15. Pada awalnya, kertas-kertas Eropa dibuat dari rongsokan linen dan kapas seperti sekarang ini, ketebalan dan kekasaran lembaran menuntut perekatan dengan selatin dari binatang, sebelum kertas tersebut dapat menerima tinta dari pena bulu angsa. Kemudian Johann Gutenberg menggunakan press cetak untuk menyesuaikan permukaan kertas ukuran Eropa yang keras dan kenyal.<br />
<br />
Salah satu dokumen yang pertama kali diketemukan, menunjukkan bahwa pembuatan kertas di Itali berlangsung pada akhir abad ke 13 dan dibuat di pabrik Fabriano, yang saat ini masih berproduksi. Pabrik di Fabriano merupakan tempat yang penting karena menghasilkan kertas dengan kaulitas bagus dan tidak seperti kertas biasa pada waktu itu karena diberi bahan perekat dari kulit binatang. Hasil pembuatan pabrik tersebut permukaannya sangat halus dan bagus untuk menulis dan menggambar.<br />
<br />
Pemakaian lem dari kulit binatang pada kertas menyebabkan kertas tersebut sebagai suatu pengganti dari parchment dan vellum. Teknik dari pabrik tersebut segera ditiru oleh pabrik-pabrik kertas di seluruh Eropa. Di Perancis, ada sebuah legenda bahwa pada tahun 1147, seorang warga negara Perancis bernama Jean Montgolfier telah dipenjara selama Perang Salib ke 2 dan dijatuhi hukuman kerja paksa selama 3 tahun di sebuah pabrik kertas di Damascus. Di sana ia belajar membuat kertas sehingga sepulangnya ke Perancis, sanggup mendirikan pabrik kertasnya sendiri. Selama 200 tahun berikutnya, maka pabrik-pabrik kertas berkembang di Perancis selama beberapa dasawarsa. Di sana terdapat bukti bahwa pabrik-pabrik kertas telah menghasilkan barang-barang kertas di Cologne dan Mainz, Jerman pada tahun 1320. Hal itu terdapat dalam catatan harian dari pembuat kertas Nuremberg, Ulman Stromer yang telah membuat dokumen bahwa Stromer telah membangun pabrik dan melengkapinya pada tahun 1390. Pabrik Stromer yang terletak dekat kota Nuremberg merupakan pabrik kertas pertama yang digambar dalam sebuah buku yang dipublikasikan dalam: Hartmann Schedel’s Nuremberg Chronicle of 1493.<br />
<br />
Pembuatan kertas menjadi suatu kerajinan yang mapan di Belanda selama akhir abad ke 16. Perang delapan puluh tahun masih berlangsung kemudian dan ikatan-ikatan dengan pusat-pusat pembuatan kertas Perancis telah menjadi hancur pada tahun sebelum jatuhnya Antwerpen oleh Spanyol. Hal ini menimbulkan suatu migrasi ke Utara, dari Antwerpen (Pusat kertas terbesar yang dikuasai Austria) pindah ke Amsterdam. Pada akhir abad tersebut Amsterdam menjadi pusat produksi kertas dan perdagangan Internasional. Dari sinilah kemudian produksi kertas meluas ke Eropa dan menjadi terkenal (lih. Churchill, 1965: 5; Bani Sudardi, 2003: 91 – 92). Selain itu, penemuan alat Hollander beater, sebuah alat yang dipakai untuk merendam dan menyiapkan bubur kertas pada abad ke 17, maka pembuatan kertas menjadi industri utama, dan Belanda menjadi terkenal karena kertas-kertas putihnya yang bagus dan halus. Saat ini Perusahaan Kertas Van Gelder masih terus beroperasi dengan menggunakan pabrik kertas yang bertenaga angin (wind-driven paper mill). Pabrik tersebut terletak di Westzaan dan dibangun pada tahun 1692.<br />
<br />
Kertas produksi Eropa yang kemudian menyebar ke daerah-daerah jajahan Eropa mempunyai ciri yang tidak ditemukan pada kertas Cina dan Arab. Kertas Eropa memiliki watermark. Kertas tertua yang memiliki watermark berasal dari tahun 1346 yang saat itu sudah ditemukan 271 model watermark yang berasal dari Italia, Perancis, Swzitzerland dan Jerman. Hal ini menunjukkan sudah beragamnya jenis kertas yang diproduksi (lih. Churchill, 1965: 6; Bani Sudardi, 2003: 92).<br />
<br />
2.2. Sejarah Kertas Daluang atau Dluwang dan Pemanfaatannya<br />
<br />
Istilah daluang atau dluwang sebenarnya merujuk pada sejenis pohon yang nama Latinnya adalah Broussonetia papyryfera Vent. Pohon saeh (sebutan di Sunda), yakni sejenis tumbuhan tingkat rendah yang termasuk dalam keluarga Moraceae. Di beberapa tempat disebut pula Paper moerbeiboom, Murier a papier, Japanischer papierbaum atau paper mulberry. Dalam istilah lain, tanaman ini disebut sepukau di Basemah, glugu/galugu (Jawa), dhalubang/dhulubang (Madura), kembala/rowa (Sumba Timur dan Barat), linggowas (Banggai), iwo (tembuku) dan malak di Alf Seram (Tedi Permadi, 2007).<br />
<br />
Tedi Permadi (2006) menyatakan bahwa sejarah kertas ini sudah lama ditemukan oleh ahli arkeologi dan ahli sejarah sastra kuno. Awalnya daluang berfungsi sebagai alat bantu kehidupan sehari-hari, misalnya pakaian. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya sebuah “paneupuk” dari batu (penumbuk kulit kayu) di Desa Cariu, Kabupaten Bogor yang diperkirakan dari abad 3 SM. Hasil olahan kulit kayu yang ditumbuk untuk kebutuhan sehari-hari masayarakat itu disebut “tapa”. Selain itu, di dalam buku Literatur of Java muncul nama daluang pada zaman kebudayaan Hindu di Nusantara. Kertas daluang saat itu digunakan untuk menuliskan cerita wayang beber dalam bentuk gambar-gambar. Selain itu, digunakan juga sebagai pakaian pelengkap para Pandita Hindu, media untuk menuliskan tradisi tulis atau mantera-mantera adalah orang-orang suci. Bahkan sampai saat ini pun, kertas daluang hanya boleh digunakan oleh kaum Brahmana di Bali untuk kepentingan upacara ritual masyarakat Hindu.<br />
<br />
Pada tahun 1970-an masyarakat Hindu di Bali menggunakan kertas daluang ini untuk pelaksanaan upacara Ngaben. Daluang di sana menjadi salah satu syarat wajib pelaksanaan upacara Ngaben, yang disimpan di dalam “kitir”. Konon, “kitir” berbentuk kupu-kupu dan berfungsi sebagai simbol magis yaitu medium pengantar arwah ke nirwana. Selain itu terdapat “kajang” yang berbahan dasar daluang. “Kajang” bagi masyarakat Hindu Bali dipakai sebagai penutup jenazah dalam sebuah upacara.<br />
<br />
Daluang bagi masyarakat Pacitan, Jawa Timur, digunakan sebagai kertas penulisan cerita Ramayana. Secara etimologis, kata ”daluwang” terdiri atas dua kata, yaitu “dalu” yang berarti malam dan “wang” yang berarti orang. Jadi, “dalu” + ”wang” adalah orang yang bekerja pada malam hari. Karena proses pengerjaan kertas daluang untuk ditulisi cerita-cerita atau teks–teks penting hanya dapat dikerjakan oleh kaum Brahmana pada malam hari.<br />
<br />
Pada masa kebudayaan Hindu di daerah Kediri, daluang digunakan untuk menuliskan cerita Panji untuk pergelaran wayang beber. Kemudian pada zaman ke-Islaman di Nusantara, fungsi daluang diganti menjadi medium untuk menuliskan ayat-ayat al-Quran atau karya seni kaligrafi. Hal ini juga terjadi di pondok pesantren Jetis, Jawa Timur, bahwa kertas daluang digunakan oleh para ulama dan santri untuk menuliskan kitab-kitab keagamaan.<br />
<br />
Sebenarnya proses pembuatan daluang tidak jauh beda dengan proses pembuatan kain (pakaian) dari kulit kayu yang dibuat di pedalaman Kalimantan (suku Dayak) dan Sulawesi (Banggai). Akan tetapi proses pewarisan sistem teknologi dan pengetahuan tradisional pembuatan daluang ini telah ”terputus” (Rumphius dalam Basri Marzuki, 2008). Karena generasi berikutnya sudah tidak tertarik lagi untuk melanjutkan tradisi pembuatan daluang, seperti halnya yang terjadi di Donggala, Sulawesi Tengah. Siti Lima, perempuan yang berusia lebih dari 70 tahun dari desa Pandere, kecamatan Gumbasa, kabupaten Donggala adalah satu-satunya perajin yang tersisa di daerah itu menyatakan bahwa tidak ada anak dan cucunya yang mau mewarisi keahlian sang nenek. Padahal dahulu kala, orang-orang tua hanya mengenal kain yang terbuat dari kulit kayu untuk menutupi tubuhnya. Bahan baku di hutan-hutan yang cukup melimpah dan alat-alat sederhana yang banyak terdapat di sekitar, membuat kain penutup tubuh itu mudah dibuat. Namun seiring dengan perjalanan waktu, terutama ketika teknologi dan globalisasi merasuk ke semua sendi kehidupan, kain yang terbuat dari kulit kayu pun mulai ditinggalkan. Dengan beberapa lembaran rupiah saja, seseorang tidak lagi harus masuk hutan untuk mencari bahan kayu dan tak lagi harus melalui sejumlah prosesi dan pantangan untuk menghasilkan kain dari kulit kayu. Akan tetapi ditinggalkannya kain kulit kayu bukan karena kemajuan teknologi semata, makin berkurangnya populasi pohon di hutan juga makin menyulitkan warga untuk mendapatkan bahan baku gratis. Lagi pula hidup orang modern kini semakin menjadi pilihan karena dianggap lebih praktis (Basri Marzuki, 2008). Untuk itu diperlukan reka ulang dan revitalisasi proses pembuatan daluang sehingga proses pewarisan sistem teknologi dan pengetahuan tradisional pembuatan daluang dapat terus dilestarikan.<br />
<br />
Dalam revitalisasi kertas daluang dibutuhkan upaya penanaman pohon tersebut di daerah dengan kemiringan tanah tertentu. Pasalnya, akar pohon ini membutuhkan ruang penjalaran tersendiri untuk menumbuhkan tunas-tunas baru. Akar pohon ini yang muncul ke permukaan dan mendapat sinar matahari berpotensi tumbuhnya tunas baru. Seperti halnya tumbuhan tingkat rendah, pohon saeh tidak memiliki bunga dan buah. Adapun daunnya menyerupai telapak tangan yang sedang mengembang dan sedikit berbulu Walaupun demikian, batang yang tampak dari pohon tersebut sebenarnya merupakan batang semu. Hal ini disebabkan oleh sistem reproduksi tanaman saeh dilakukan melalui akar rimpangnya atau geragih. Karena di dalam akar tersebut terdapat semacam jaringan tumbuh, maka apabila akar tersebut menyembul ke permukaan tanah lalu terkena sinar matahari, akar tersebut akan terangsang berfotosintesis sehingga mengeluarkan tunas baru. Pohon ini dapat tumbuh setinggi 6 meter dengan diameter batang sekitar 20 cm dalam usia satu tahun. Satu tahun adalah umur yang ideal untuk panen. Lebih dari satu tahun, kulit pohon ini akan keras sekali dan dibutuhkan proses yang lebih lama untuk membuat kertas daluang.<br />
<br />
Kertas tradisional ini milik masyarakat Indonesia dan sekaligus menjadi kekayaan yang unik dalam pembuatan naskah-naskah sejarah penting pada zaman dahulu. Di negera Cina, Tailand dan Mesir juga memiliki tradisi tulis yang sama, yaitu penggunaan kertas tradisional yang diolah secara tradisional sebagai simbol masa kejayaan kebudayaannya. Kini, pohon paper Mulberry ditanam dalam jumlah 6.000 pohon oleh keluarga Abidin dan Deden di Kampung Trenggilis, Desa Cinunuk, Wanaraja, Kabupaten Garut. Keluarga Abidin memang sudah turun-temurun menanam pohon itu dan menggunakan kulit Saeh itu untuk membuat kertas daluang (Tedi Permadi, 2007).<br />
<br />
Upaya revitalisasi dan sosialisasi kertas daluang juga dilakukan pada kalangan seniman rupa untuk dijadikan sebagai medium berkarya. Uniknya, kertas daluang ini dapat digunakan beberapa kali. Bila ingin difungsikan sebagai kain, maka kertas itu harus dibasahi secukupnya hingga menemukan elastisitas kain pada umumnya. Hal lainnya, serat pada kertas daluang ini sangat kuat. Tak mengherankan bila naskah-naskah kuno yang berumur ratusan tahun masih nampak utuh. Hal ini terbukti dari fakta kesejarahannya setelah ditemukan beberapa naskah kuno dan perkamen kebudayaan kuno Indonesia di museum-museum di tanah air (lih. Sakamoto, 2003). Selain itu, kertas daluang dapat dipakai untuk menggambar, menulis, atau melukis. Bahkan daluang ini juga dapat dibentuk menjadi boneka atau topi dengan mengeringkannya di atas cetakan atau model. Kertas daluang ini juga dapat difungsikan seperti halnya kertas biasa, beberapa penulis juga pernah menggunakan kertas daluang untuk mencetak buku, mencetak foto dan lain-lain. Sayangnya, peran pemerintah baru sebatas pengguna atau konsumen kertas ini, yaitu sering memesan kertas daluang untuk pembuatan sertifikat atau piagam penghargaan. Padahal, daluang berpotensi sebagai salah satu kekayaan budaya tradisional yang layak dijadikan simbol kejayaan kebudayaan bangsa.<br />
<br />
3. Penutup<br />
<br />
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sebelum kertas diketemukan, manusia mengungkapkan perasaan, pikiran dan gagasannya melalui bahasa gambar dan bahasa tulisan sehingga mereka berusaha mencari permukaan-permukaan benda yang sekiranya cocok untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Pada awalnya cara mereka mengungkapkan perasaan melalui suatu kegiatan menggambar, seperti menggurat, mengukir, mentakik atau menoreh di atas permukaan batu, tulang belulang, dan sebagainya. Setelah kertas ditemukan, keberadaannya dalam kehidupan manusia menjadi relatif penting, karena kertas berfungsi sebagai pencatat ilmu pengetahuan, media untuk promosi perdagangan, sarana untuk menyampaikan pikiran serta gagasan.<br />
<br />
Kedua, kertas menjadi bagian budaya Eropa melalui perjalanan sejarah yang panjang. Setelah Ts’ai Lun mempersembahkan kertas hasil ciptaannya pada Kaisar Ho Ti pada tahun 105 Masehi. Baru pada tahun 600 sesudah Masehi, kertas mencapai Korea, dan baru sekitar 15 tahun kemudian sampai ke Jepang. Pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia. Namun. akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ke tangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi. Kemudian muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Baghdad maupun Samarkand. Kemudian berangsur-angsur para ahli pembuat kertas pindah ke Timur, ke arah Damaskus kemudian ke Mesir dan Maroko, dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India. Eropa memperoleh pengetahuan tentang pembuatan kertas agak terlambat, yaitu pada abad ke 12 atau ke 13 melalui Itali dan Spanyol khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol<br />
<br />
Ketiga, pada awalnya kertas daluang ini berfungsi sebagai alat bantu kehidupan sehari-hari, misalnya, pakaian. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sebuah “paneupuk” dari batu (penumbuk kulit kayu) di Desa Cariu, Kabupaten Bogor yang diperkirakan berasal dari abad 3 SM. Masyarakat menamakannya hasil olahan kulit kayu yang ditumbuk untuk kebutuhan sehari-hari dengan istilah “tapa”. Selain itu, kata daluang telah disebutkan dalam buku Literatur of Java, yang menyatakan bahwa kemunculan nama tersebut berasal pada zaman kebudayaan Hindu di Nusantara. Kertas daluang saat itu digunakan untuk membuat wayang beber, pakaian pelengkap para Pandita Hindu, media untuk menuliskan mantera orang-orang suci. Bahkan di Bali saat ini pun, daluang hanya boleh digunakan oleh kaum Brahmana untuk kepentingan upacara ritual umat Hindu.<br />
<br />
Keempat, upaya revitalisasi dan sosialisasi kertas daluang perlu dilakukan pada semua kalangan untuk dijadikan sebagai medium berkarya agar proses pewarisan sistem teknologi dan pengetahuan tradisional pembuatannya dapat terus dilestarikan. Kertas daluang memiliki serat kuat sehingga naskah-naskah kuno dapat bertahan sampai ratusan tahun. Selain itu, kertas daluang dapat digunakan untuk mencetak buku, mencetak foto dan lain-lain. Sayangnya, peran pemerintah baru sebatas pengguna atau konsumen, yaitu sebagai pemesan kertas daluang untuk pembuatan sertifikat atau piagam penghargaan. Padahal, daluang berpotensi sebagai salah satu kekayaan budaya tradisional yang layak dijadikan simbol kejayaan kebudayaan bangsa.<br />
<br />
Daftar Pustaka<br />
<br />
Afriastini, J.J. 1988. Daftar Nama Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.<br />
<br />
Bani Sudardi. 2003. Penggarapan Naskah. Surakarta: Badan Penerbit Sastra Indonesia.<br />
<br />
Basri Marzuki. 2008. “Kisah Kain Kulit Kayu yang Layu” dalam http://www.panyingkul.com/ view.php?id=896&jenis=kabarkita, diakses 10 Agustus 2008 Pukul 09:00 WIB.<br />
<br />
Casparis, J.D. 1975. De Indonesia Paleography: A History of Writing in Indonesia from the Beginnings to C. A.D. 1500. Leiden: E.J. Brill.<br />
<br />
Churchil, W.A. 1965. Watermarks in Paper in Holland, England, France Etc. in the XVII and XVIII Centuries and Their Interconnection. Amsterdam: Menno Hertzberger & Co.<br />
<br />
Edi Sedyawati. 2006. Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: RajaGrafindo Persada.<br />
<br />
Endang Sri Hardiati. 2002. “Perkembangan Aksara di Indonesia” dalam Pameran Perkembangan Aksara Di Indonesia. Jakarta: Museum Nasional.<br />
<br />
Gallop, Annabel Teh and Bernard Arps. 1991. Surat Emas Raja-raja Nusantara: dari Koleksi Inggris. Jakarta: Yayasan Lontar.<br />
<br />
Hart, Michael. H. 1990. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta: Pustaka Jaya.<br />
<br />
Hughes, Sukey. 1978. Washi The World of Japanese Paper. Tokyo, New York and San Fransisco : Kodansha International.<br />
<br />
Kumar, Ann and John H. McGlynn. 1996. Illumination: The Writing Traditions of Indonesia. Jakarta: Lontar Foundation.<br />
<br />
McGlynn, John. H. 2002. Bahasa dan Sastra. Jakarta: Grolier International, Inc.<br />
<br />
Nooryan Bahari. 1995. Karakteristik Kertas Buatan Tangan dengan Bahan Baku Limbah Pertanian,Ttanaman Nonproduktif, dan Sampah Kertas. Bandung: Laporan Penelitian – ITB<br />
<br />
Tedi Permadi. 2006. “Cara Membuat Kertas Daluang”. dalam http://daluang.com/cara-membuat-kertas-daluang/ diakses 10 Agustus 2008 Pukul 08:30 WIB.<br />
<br />
____________. 2007. ”Kertas Tradisional, Daluang, Bagi Perupa” dalam http://argusbandung.blogspot.com/2007/08/kertas-tradisional-daluang-bagi-perupa.html diakses 10 Agustus 2008 Pukul 09:20 WIB<br />
<br />
Sakamoto, Isamu. 2003. Konservasi Naskah. Jakarta: Materi Pelatihan Penelitian Filologi yang diselenggarakan oleh The Toyota Foundation dan Yayasan Pernaskahan Indonesia.<br />
<br />
Studley, Vance. 1977. The Art & Craft of Handmade Paper. New York: Van Nostrand Reinhold Company.</div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1005747324444574255.post-17903683450940420872011-01-11T22:52:00.000+07:002012-01-03T23:02:50.040+07:00Hasil Formulir Warisan Budaya<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><b>Hasil yang diperoleh dari formulir warisan budaya</b></span></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<iframe frameborder="0" height="500" src="https://docs.google.com/spreadsheet/pub?hl=en_US&hl=en_US&key=0At9-DiXirPOldF9fQTZWUGxKYWQ1Q3h1VEZ6RTFKcHc&single=true&gid=0&range=a1%3At100&output=html&widget=true" width="570"></iframe></div>Hanny Kamaliahttp://www.blogger.com/profile/02831892900703412057noreply@blogger.com0