08 Juli 2009

Kesenian Celempungan di Kabupaten Purwakarta


Kesenian Celempungan di Kabupaten Purwakarta adalah jenis keseniann tradisional cukup langka dan baru pada saat ini mulai menampakan diri kembali. Bentuk kesenian Celempungan yang ditampilkan mengambil format baru dengan cara mengadopsi beberapa kesenian tradisional, yaitu rampak kendang awi, tembang cianjuran, dan kiliningan, yang telah lebih dahulu populer.
Kembali tampilnya kesenian Celempungan tidak lepas dari keinginan beberapa gelintir seniman Purwakarta yang hendak melestarikan kembali kesenian tradisional ini. Tentu dalam hal ini format baru memang merupakan suatu keharusan, dan peluang untuk memasukan format baru tersebut terbuka lebar dalam kesenian Celempungan. Irama yang mengalun dari waditra Celempung merupakan daya tarik tersendiri dan sangat fleksibel untuk ditaruh dalam beberapa jenis kesenian lainnya.
Proses pelestarian kembali kesenian Celempungan memang masih belum lama. Berbagai kendala masih menyelimuti para nayaga dan juru kawih, dan merupakan masalah besar yang juga dihadapi para seniman kesenian tradisional, yaitu regenerasi dan publikasi. Masalah tersebut timbul karena masyarakat telah banyak dirasuki oleh berbagai bentuk kesenian kontemporer. Sementara itu, proses pelestarian yang sebenarnya harus menjadi perhatian utama pemerintah malah terlupakan. Padahal, kesenian tradisional merupakan sebuah warisan yang tak terhingga sekaligus menjadi jati diri bangsa.
Menginjak pada permasalahan tersebut, kebangkitan kesenian tradisional Celempungan yang dapat dikatakan hampir punah adalah sangat luar biasa karena dilakukan secara swadaya, alias tanpa bantuan penuh dari pihak luar. Terlebih lagi format baru yang dikembangkan terbukti disukai oleh penonton. Melihat dari animo penonton maka tidak mengherankan apabila pada suatu saat kesenian Celempungan di Kabupaten Purwakarta menjadi maskot kesenian tradisional.

Menurut Rusnandar – melalui inventarisasi yang dilakukan dua budayawan sunda yaitu Enoch Atmadibrata dan Ali Sastramidjaja - Kesenian yang tersebar di Jawa Barat lebih dari 300 jenis. Kesenian-kesenian dapat digolongkan ke dalam beberapa rumpun, yaitu: angklung (30 jenis), beladiri (10 jenis), Celempungan (enam jenis), debus (15 jenis), gamelan (16 jenis), helaran (24 jenis), ibing (17 jenis), kacapian (20 jenis) macakal (18 jenis), mawalan (tujuh jenis), ngotrek (10 jenis), pantun (enam jenis) sandiwara (27 jenis), terbangan (18 jenis), topeng (delapan jenis), sekar (15 jenis), wayang orang (lima jenis), wayang golek (9 jenis), wayang kulit (tujuh jenis). Dari sekian banyak kesenian tradisional Sunda, sangat sedikit yang mampu untuk go public.
Kesenian – baik tradisional ataupun kontemporer - yang dapat diidentikan dengan hiburan masyarakat sedikit demi sedikit mulai terlupakan tatkala media televisi mulai menjadi alternatif pilihan hiburan masyarakat. Malah pada saat ini televisi bukan sebagai alternatif lagi, melainkan menjadi acuan bagi para pekerja seni yang ingin mendongkrak popularitas. Media Televisi memang pada saat ini semakin diminati masyarakat. Suhaeli bahkan mengatakan bahwa Indonesia saat ini tengah mengalami gejala mediamorfosis tahap ketiga. Artinya, sebuah kondisi di mana masyarakat secara sistematis dikepung oleh pengaruh media visual dan elektronik.
Kondisi seperti ini sudah sepantasnya dibenahi pemerintah karena tayangan televisi sudah mulai melupakan kesenian tradisional yang dampaknya adalah mulai terlupakan dan kurangnya minat penonton untuk menikmati kesenian tradisional. Pada sisi seniman tradisional, kerjasama dan bantuan dari pemerintah daerah setempat – yang dalam hal ini adalah Pemda Kabupaten Purwakarta – kepada para pekerja seni sangat diharapkan terealisasi. Bentuk kerjasama dan bantuan tersebut dapat berupa publikasi dan pelatihan secara kontinyu. Kesinambungan kerja dan penghargaan pada kesenian tradisional menjadi unsur prioritas bagi kedua belah pihak (pemerintah dan pekerja seni) untuk tetap bersemangat dalam upaya melestarikan dan mengembangkan kesenian tradisional Celempungan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Automotive | Bloggerized by Free Blogger Templates | Hot Deal