27 Desember 2011

Tabu


Tabu atau pantangan adalah suatu pelarangan sosial yang kuat terhadap kata, benda, tindakan, atau orang yang dianggap tidak diinginkan oleh suatu kelompok, budaya, atau masyarakat. Pelanggaran tabu biasanya tidak dapat diterima dan dapat dianggap menyerang. Beberapa tindakan atau kebiasaan yang bersifat tabu bahkan dapat dilarang secara hukum dan pelanggarannya dapat menyebabkan pemberian sanksi keras. Tabu dapat juga membuat malu, aib, dan perlakuan kasar dari lingkungan sekitar.

Secara umum, tabu dianggap telah ada sebelum munculnya teisme dan dari periode sebelum adanya semua jenis agama.Secara khusus, tabu adalah Ungkapan yang tidak boleh diungkapkan dalam suasana tertentu dalam hubungannya dengan kepercayaan. Ungkapan tabu ada karena adanya larangan untuk mengucapkan kata-kata tertentu. Ungkapan tabu disiasati supaya tidak secara vulgar diucapkan.

Ungkapan tabu menurut Ullman dibagi 3:
  1. Tabu karena sesuatu yang menakutkan
  2. Tabu karena sesuatu yang tidak mengenakkan
  3. Tabu karena sesuatu yang tidak pantas

Menurut Mahmud Fasya, ungkapan tabu dibagi jadi 2:
Dimensi horizontal (habluminannas) yaitu sesuatu yang tidak mengenakkan & tidak pantas
Dimensi vertikal (hubungannya dengan Tuhan atau yang berbau gaib) yaitu sesuatu yang menakutkan

Tabu karena sesuatu yang menakutkan
  • Warisan dari animisme dan dinamisme
  • Contoh: pada masyarakat Jawa merasa tabu menyebut kata ‘tikus’, sehingga harus disanjung dengan panggilan ‘den bagus’.
  • Contoh: pada masyarakat Sunda (Ciamis), kelelawar tidak boleh disebut ‘lalay’, tetapi ‘buah labu’.

Ungkapan tabu yg relasi manusia dg manusia masih berlaku hingga sekarang, kaitannya dengan sopan santun. Ungkapan tabu ini berhubungan juga dg nilai rasa sosial. Nilai rasa sosial selalu berkembang tiap zamannya.

Strategi menghindari ungkapan tabu dalam Bahasa Indonesia
  • Gunakan eufimisme (nilai rasanya lebih halus)
  • Mengganti bunyi, contoh menyebutkan kata ‘anjing’ dengan kata ‘anjrit’ (bagi orang Sunda), ‘asu’ dengan ‘asem’ (bagi orang Jawa).
  • Abreviasi (pemendekan), contoh ‘miss V’ utk ‘vagina’, ‘sekwilda’ = ‘sekitar wilayah dada’, ‘perek’ = ‘perempuan rekrutan’.
  • Metafora atau kiasan, contoh utk ‘celana dalam’ = ‘segitiga pengaman’, ‘burung’ utk menyebutkan kemaluan laki-laki.
  • Menggunakan kata lain (sinonim)
  • Diganti dengan bahasa asing, contoh ‘pantat’ diganti ‘dubur’, ‘kotoran’ diganti ‘feses, tinja’.
  • Menciptakan kata dengan ‘tuna’, contoh tunasusila.
  • Mengikuti perkembangan zaman, contoh kata ‘kuli’ diganti jadi ‘pekerja, karyawan’.
  • Ungkapan yang memberi kesan lebih baik atau menciptakan ungkapan yang baru.


Sumber:
  • Sitaresmi, Nunung, Fasya, Mahmud. 2011. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Bandung: UPI Press
  • Ungkapan Tabu. dalam http://robita.wordpress.com/2011/06/11/ungkapan-tabu/
  • Tabu. dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Tabu

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Automotive | Bloggerized by Free Blogger Templates | Hot Deal